Mohon tunggu...
Topeng
Topeng Mohon Tunggu... -

Seorang Pria Bertopeng, suka berteman dan cinta damai....\r\nsalam tertawa bahagia ... hahahahahahahahahahahahahahaha...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gubrax, Apel Malang dan Uang Sialan

25 Januari 2012   17:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:27 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo..... Assalamu ‘alaikum... Apa kabar mas? Hahahahahahahaha..... Aku senang sekali, sampeyan masih mau menerimaku dengan senyum manis dan jabat tangan yang erat. Masih seperti yang dulu. Hahahahahahahahaha...


Sampeyan selalu memelukku di kala bertemu. Pundakku, selalu saja sampeyan tepuk-tepuk dengan hangat. Sapaan lembut selalu menghiasi bibirmu. Aku selalu terkesan saat mendengarnya. Sungguh, sangat bersahabat.


Apa? Hahahahahaha... Ya, jangan begitu toh mas.... Ya jelas, aku senang dan bangga toh?. Wong sampeyan ini sudah jadi orang gede di republik ini. Lha, sampeyan masih mau menerimaku, wong cilik yang bernasib kurang beruntung ini. Hahahahahahaha.....


Aku hanya ikut senang dan bersyukur. Sampeyan kini sudah memiliki segalanya, bukan? Hahahahahahahahaha.... Rumah joglo yang mewah nan megah. Kendaraan berjejer dan super mahal. Luar biasa..... Belum lagi.. perusahaanmu banyak sekali, mas... Iya.. iya...

Ah, jujur saja mas. Aku malu untuk mengatakannya.
Betul. Aku tidak berani mengungkapkannya. Apa?


Ya.... Ini kalau boleh..... Ajaklah aku ini bekerja pada salah satu perusahaan sampeyan. Wong aku ini masih nganggur lho. Lontang lantung enggak jelas. Hahahahahahahaha.....


Itupun kalau sampeyan mau menerimaku sebagai karyawan. Aku berharap banget, lho mas. Hahahahahahahahahaha...


Oh iya? Masa sih.


Oh... begitu ya? Memang sih, enggak penting bekerja. Yang penting penghasilannya jelas dan memadai. Hmm.... oh iya, maksudku penghasilan yang besar, gitu. Gak usah keluar banyak keringat. Ah, sampeyan kan sudah membuktikannya toh? Hahahahahahaha..


Mas ini bisa saja bercanda. Padahal, dulu aku mengenal sampeyan sebagai sosok bersahaja dan pendiam lho. Tidak banyak ngomong. Saat teman-teman lain bicara dalam suatu kumpulan, kan sampeyan lebih banyak diam saja. Terkadang begitu serius. Sekali-kali cuma manggut-manggut dengan senyum yang khas, sangat simpatik.


Apa? Oh, iya.... itu kan kata si Parmin, mas. Memang sih, dulu kan mas tuh mirip Gus Dur. Kalau teman-teman yang lain asyik berdiskusi. Lha, sampeyan kan asyik tertidur sambil terduduk di atas kursi. Yah, paling tidak matamu suka terpejam, terkantuk-kantuk gitu lho. Hahahahahahahahahaha....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun