Ada yang menarik saat malam peringatan Nisfu Sya’ban kemarin. Di tengah obrolan santai, ada seorang jama’ah yang bertanya kepada Kyai Gendheng tentang tujuan melaksanakan ibadah puasa. Kali ini, sang Kyai tidak langsung menjawab, namun pertanyaan itu dilempar kembali kepada para santrinya.
“Ada yang bisa jawab, apa tujuan puasa?” ucap Kyai Gendheng
“Saya bisa, Guru” kata si Topeng sambil mengacungkan tangan dengan wajah yang sangat percaya diri.
Tatapan mata Kyai Gendheng langsung beralih ke arah si Topeng.
“Hahahahahahaha... tumben pinter, kamu Peng. Apa jawabannya ?”
“Baik Guru. Tujuan puasa adalah agar kita dapat merasakan kesulitan orang miskin, terutama saat perut menahan lapar...” jawab si Topeng dengan sangat yakin.
“Hahahahahahahahahaha..... sekarang pinter kamu Peng. Nanti, saat puasa besok, kamu tidak perlu puasa lagi”
“Maksudnya, Guru?”
“Yah, kamu jadi bodoh lagi, Peng !”
“Maaf, saya belum mengerti, Guru”
“Peng, Peng.... bodoh, kok kamu pelihara terus sih...”
“Sebelumnya, saya dibilang pinter, kok sekarang jadi bodoh lagi sih, Guru..”
“Hahahahahahahaahahahaha.... Kalau tujuan puasa seperti itu, ya ngapain kamu harus ikut puasa, Peng? Lha, sehari-hari saja kamu sudah sulit makan. Apa lagi yang mau kamu pelajari tentang menahan lapar, Peng? Hahahahahahahahahahahaha....”
Tanpa dikomando lagi, jama’ah yang lain secara serempak ikut mentertawakan si Topeng juga.
“Hahahahahahahahahahahahahahhahahahahahahahahaa.........”
“Hmm...” suara si Topeng singkat.
Tampak si Topeng celingak-celingak, lalu hanya bisa menunduk saat menyaksikan meraka yang hadir sedang mentertawakannya. Tidak mau kalah, maka si Topeng pun ikut tertawa.
“Hahahahahahahahahahahahahahhahahaha...”***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H