Kutipan perbincangan beberapa bulan yang lalu di sebuah kafe dengan seorang kolega,
A: "Gue pengennya sih nikah sama bule"
B: "Kenapa?"
A: "Yaaa itung2 usaha perbaikan keturunan sih..."
(sebenarnya, andaikan dia bilang dia mau menikah dengan seekor lutung pun saya tak akan peduli)
Apa yang salah dengan keturunan kita?
Saya pribadi tidak pernah menentang atau mempermasalahkan konsep pernikahan antar suku bangsa, ras, sampai agama. Namun, darah saya cenderung mendidih jika sebagian dari kita masih saja menjadikan ras suku bangsa lain (terutama ras kaukasia) sebagai manusia yang seolah-olah kelasnya berada di atas kita. Apakah kita sudah sebegitu inferiornya terhadap diri kita sendiri?
Mental Inlander
Saya jadi ingat menyaksikan sebuah kejadian unik beberapa tahun yang lalu di ajang Car Free Day, Bunderan HI, Jakarta. Saat itu ada seorang pria bule yang sedang dikerubungi ibu-ibu untuk foto bersama.Â
Awalnya saya sempat bertanya dalam hati apakah pria tersebut seorang public figure atau seorang tokoh yang cukup terkenal. Tapi, wajahnya kok terasa asing bagi saya.Â
Akhirnya secara iseng saya bertanya kepada salah satu dari ibu-ibu tersebut, siapakah si bule yang mereka ajak foto itu? Ternyata jawaban yang keluar dari mulutnya adalah:
"Nggak tahu, mas. Keren aja kalau bisa foto sama bule gitu... "
Selamat datang di Indonesia. Sebuah negara di mana masyarakatnya merasa keren dan bangga bisa berfoto sama bule random. Luar biasa!