Bung, ingatkah dulu ketika secangkir kopi laksana mewakili kesederhanaan kita dalam berpikir? Masa di mana setiap tegukannya mengandung stimulan semangat membuka hari sekalipun kadang, matahari bersembunyi di balik mendungnya langit. Saat itu bahkan kita tidak punya kepedulian untuk menjadikan secangkir kopi sebagai representasi kasta sosial
Tidakkah kau rindu masa-masa ketika marwah diri tidak dinilai dari jenis kopi apa yang kau minum? Saat ini dunia sedang berkompetisi dalam absurditas pola pikir. Tanyakan mereka mengapa sebuah hidangan minuman sederhana bisa dianggap menjadi salah satu indikasi tinggi-rendah saldo akhir tabungan kita
Tanyakan juga pada mereka mengapa masih memandang rendah kita yang masih minum kopi kemasan sachet? Padahal mereka lupa bahwa kopi "sachetan" itu diproduksi oleh raksasa - raksasa industri penyumbang mega devisa penggerak ekonomi sebuah negara
Sayang, sudah berapa besar devisa yang kamu hasilkan untuk negeri ini? Karena bila kemampuan kontribusimu masih berupa foto-foto di Instagram dengan caption bahasa Inggris saduran... Maka kami yang minum kopi sachetan hanya bisa tersenyum melihat tingkahmu
Mungkin saja senyuman Bung Karno dan Bung Hatta di nominal uang 100 ribu rupiah mengandung makna: "Udah? Segini doang kelasmu?"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H