Mohon tunggu...
Topan Wijayadi Kusuma
Topan Wijayadi Kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Honorer

Halo! Saya Topan, seorang yang selalu penasaran dengan hal baru dan senang berbagi cerita yang inspiratif. Traveling, mencicipi kuliner, dan mengeksplorasi tempat wisata adalah cara saya menikmati hidup, sementara fotografi dan videografi, termasuk menggunakan drone, adalah cara saya mengabadikannya. Saya percaya setiap momen punya sudut pandang unik untuk dibagikan. Selain itu, saya suka menonton film dan bermain game sebagai hiburan, namun saya juga tak lupa untuk berbagi ulasan ringan tentang makanan, gadget, dan wisata alam. Sebagai putra daerah yang bangga, saya senang memperkenalkan pesona dan keunikan tempat tinggal saya kepada dunia. Bagi saya, hidup itu sederhana: menyebarkan energi positif dan vibes yang menyenangkan. Melalui konten yang saya buat, saya ingin menginspirasi, membuat orang tersenyum, dan menjadikan hari mereka lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Game Retro Membawa Kita Pulang ke Masa Kecil

30 Desember 2024   08:58 Diperbarui: 30 Desember 2024   08:58 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada masa ketika hidup terasa lebih sederhana. Pulang sekolah, melempar tas ke sudut ruangan, dan menyalakan konsol game yang terhubung ke TV tabung. Nintendo, Sega, PlayStation ---semuanya membawa kebahagiaan instan. Di era itu, tak ada grafik ultra-realistis atau mode online. Tapi, di sanalah letak magisnya.

Kini, sebagai pria yang sudah melewati usia 30-an, saya sering kali mendapati diri saya merindukan masa itu. Namun, ada satu hal aneh: saat mencoba memainkan game-game retro itu lagi, rasa yang dulu ada sering kali menghilang. Kenapa?

Game Itu Sama, Tapi Rasanya Beda

Baru-baru ini, saya membeli konsol klasik yang menawarkan ratusan game dari masa kecil. Mario, Contra, Sonic, hingga Final Fantasy semuanya ada. Awalnya, saya begitu bersemangat. Tapi, saat mulai memainkannya, ada perasaan kosong yang sulit dijelaskan.

Dulu, melompat dengan Mario terasa seperti petualangan besar. Sekarang, rasanya seperti sekadar melompati pixel di layar. Game-nya tak berubah, tapi dunia di sekitar saya yang sudah berubah.

Kenangan yang Tak Bisa Diulang

Saya menyadari bahwa game retro bukan hanya tentang permainannya. Mereka adalah kapsul waktu. Bermain Sonic sambil mengunyah camilan sembari mendengar suara ibu memanggil untuk makan malam adalah bagian dari pengalaman itu.

Dulu, bermain game juga berarti berbagi. Bergantian stik dengan teman, bersorak saat salah satu berhasil menyelesaikan level sulit, atau bahkan bertengkar kecil karena kalah balapan di Crash Team Racing. Itu semua adalah bumbu yang membuat game terasa spesial.

Sekarang? Teman-teman masa kecil sudah sibuk dengan hidup masing-masing. Beberapa sudah berkeluarga, pindah kota, atau tak lagi bermain game.

Game Retro dan Beban Orang Dewasa

Di usia sekarang, bermain game sering kali bertabrakan dengan tanggung jawab. Ketika saya mencoba fokus menyelamatkan Princess Peach, pikiran saya melayang ke email kerja yang belum dibalas atau cicilan yang harus dibayar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun