Indonesia merupakan sebuah negara yang wilayahnya berbentuk kepulauan. Jumlah pulau jika harus dihitung kurang lebih ada sekitar 17.000 pulau. Dimana pulau-pulau tersebut menjadi salah satu tempat akan keberadaan dari keanekaragaman geografis yang sangat kaya. Pulau terbesar yang dimiliki oleh Indonesia dipegang oleh Kalimantan, Sumatera, Papua, dan Sulawesi. Dari berbagai macam pulau tersebut untuk kondisi kepadatan penduduk tertinggi dipegang oleh pulau Jawa. Konektivitas antarpulau di Indonesia hanya dapat mengandalkan jalur laut atau udara karena jalur darat hanya tersedia dalam batas kota di dalam pulau saja. Kondisi pulau yang terpisah-pisah tersebut menjadikan Indonesia mendapatkan tantangan unik untuk menjaga konektivitas antara wilayah Indonesia.
Berbicara mengenai tantangan besar yang dihadapi Indonesia cukuplah banyak salah satu hal lainnya seperti jumlah penduduk yang melimpah. Kondisi tersebut selaras akan data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik yang memaparkan jumlah penduduk Indonesia telah menyentuh angka 278,69 juta jiwa pada pertengahan 2023. Melihat angka tersebut jika dibandingkan pada pertengahan 2022 telah mengalami kenaikan 1,05% yang secara jumlah berada di angka 275,77 juta jiwa. Bahkan secara tren akan jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan sejak pertengahan 2015-2023.
Banyaknya jumlah penduduk bagi Indonesia membuat negara memiliki potensi besar dalam hal tenaga kerja yang melimpah. Belum lagi adanya keberagaman budaya dan etnis yang ada pada jumlah penduduk Indonesia menjadi kekayaan tersendiri yang berdampak kepada kehidupan sosial dan kultural bangsa. Namun di sisi lainnya nyatanya jumlah penduduk yang banyak bagi Indonesia menimbulkan sejumlah tantangan berupa konsumsi yang besar. Salah satu konsumsi yang mengalami kenaikan berupa listrik sebagai penunjang kehidupan sehari-hari.
Di tahun 2015 konsumsi listrik per kapita mencapai 910 kilowatt jam (kWh). Kemudian angka konsumsi listrik tersebut mengalami kenaikan mencapai 1.084 kWh per kapita pada tahun 2019. Peningkatan tersebut nyatanya sejalan dengan rasio elektrifikasi yang menunjukan angka kenaikan dari 84,35% dari tahun 2014 menjadi 98,89% di tahun 2019. Kini dapat dikatakan seluruh wilayah Indonesia telah memiliki akses listrik dengan cakupan lebih dari 95%. Meskipun jika harus dilihat pada beberapa daerah seperti Nusa Tenggara Timur (85%), Maluku (92%), Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua masih menunjukkan cakupan yang sedikit lebih rendah. Walaupun demikian berdasarkan pemaparan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memproyeksikan konsumsi listrik nasional akan berada di angka 1.142 kWh per kapita.
Berdasarkan laporan yang dimiliki oleh Climate Transparency Report 2022 memaparkan bahwa Indonesia masih sangat bergantung akan bahan bakar fosil. Dimana bahan bakar fosil tersebut menjadi sumber utama energi listrik di tahun 2021. Jika dihitung secara angka 81% dari energi listik yang dihasilkan di Tanah Air berasal dari batu bara, minyak bumi, dan gas bumi. Batu bara cukup mendominasi kontribusi kebutuhan listrik mencapai 62% kemudian diikuti oleh gas bumi mencapai 18%, dan minyak bumi menyumbang sekitar 2%.
Dengan mengandalkan bahan bakar fosil sebagai sumber utama energi listik pastinya Indonesia menghadapi resiko yang signifikan. Hal tersebut karena bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, sampai gas bumi dikenal sebagai sumber daya yang tidak bisa diperbaharui. Maka penggunan sumber bahan bakar fosil secara besar-besar demi memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat Indonesia membuat bahan bakar fosil cepat habis. Tidak hanya itu penggunaan bahan bakar fosil juga akan dapat mengakibatkan degradasi lingkungan serius seperti polusi udara hingga perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca.
Menurut data pihak European Commission memaparkan bahwa volusi emisi gas rumah kaca Indonesia di tahun 2022 berada di angka 1,24 gigaton setara karbon dioksida (Gt CO2e). Angka tersebut nyatanya mengalami peningkatan 10% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sumber dominan dari emisi gas rumah kaca berupa eksploitasi bahan bakar fosil. Melalui kegiatan tersebut berhasil menghasilkan kurang lebih 0,27 GT CO2e atau 21,38% dari total emisi gas rumah kaca di Indonesia. Secara tidak langsung hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia harus melakukan pengorbanan yang berkontribusi kepada perubahan iklim global melalui emisi gas rumah kaca.