Di tahun 2022 Indonesia menujukan pertumbuhan ekonomi yang baik walaupun pasca pandemik virus Corona. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang secara rutin mengitung pertumbuhan ekonomi menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) didasarkan pada Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Hasilnya menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi mencapai 5,31% melonjak dibandingkan dengan PDB ADHK tahun 2021 yang bernilai Rp11.120 triliun. Pencapaian tersebut memberikan optimisme terhadap Indonesia pasca kritis kesehatan global di masa depan.
Walaupun terdapat pertumbuhan ekonomi yang baik tetapi disisi lain berupa kerusakan lingkungan masih harus mendapatkan sorotan serius khususnya pada tingkat global dan regional Asia Pasifik. Menurut laporan Environmental Performance Index 2022 (EPI) memaparkan pelestarian lingkungan Indonesia dalam kategori buruk dengan skor 28,8 dari 100. Skor tersebut menempatkan Indonesia berada di 164 dari 180 negara yang diriset. Dalam skala regional saja Indonesia masih berada di jajaran bawah untuk Asia Pasifik berada ke-22 dari 25 negara sedangkan peringkat ke-8 dari 10 negara ASEAN.
Kerusakan lingkungan terlihat pada pulau Jawa lebih tepatnya di Ibu Kota Jakarta yang mengalami penurunan kualitas udaranya. Pada Sabtu (11/11/2023) pagi hari menunjukan kondisi tidak sehat. Hal tersebut terlihat dari data IQAir yang memaparkan tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 163 AQI US pukul 09.00 WIB. Angka tersebut menghantarkan Jakarta termasuk ke dalam kondisi polusi udara terburuk di dunia diantara beberaka kota lainnya seperti Kolkata, India (US AQI 247), Dakha, Bangladesh (US AQI 208), Delhi, India (US AQI 177), Lahore, Pakistan (US AQI 163), Jakarta, Indonesia (US AQI 163), Ulaanbaatar, Mongolia (US AQI 162), dan Kuwait City, Kuwait (US AQI 160).
Adanya fenomena kerusakan tersebut maka pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang dipegang oleh Siti Nurbaya memaparkan penyebabnya. Hasil pemaparkan tersebut bahwa pencemaran polusi udara dan sekitarnya karena kendaraan dengan kontribusi 44%, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 34%, dan sisanya seperti dari rumah tangga. Proporsi yang dipegang oleh kendaraan umum memberikan dampak yang besar pada kehidupan masyarakat. Apalagi jumlah kendaraan di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan.
Untuk jumlah mobil penumpang pada akhir 2022 telah mencapai 17,2 juta unit. Data tersebut tercatat dalam laporan Statistik Indonesia 2023 yang diliris oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dari laporan selama 2012-2022 jumlah mengalami pertambahan 6,74 juta unit atau tumbuh sekitar 65%. Sedangkan pada akhir 2022 jumlah unit motor di Indonesia berada di angka 125,3 juta unit. Jumlah tersebut mengalami pertambahan 48,9 juta unit atau 64% selama 2012-2022 di Indonesia.
Dampak lingkungan penggunaan transportasi darat seperti motor berupa emisi karbon dioksida (CO2). Hanya dengan mengendarai motor selama satu kilometer menghasilkan 14,8 gram CO2. Dengan angka motor yang mencapai jutaan maka CO2 yang dihasilkan sudah pasti sangatlah banyak dilepaskan ke atmosfer. Emisi CO2 tersebut belum termasuk moda transportasi darat lainnya seperti mobil yang jumlahnya banyak pula. Hal tersebut akan berdampak kepada penurunan kualitas udara bersih karena tercemar CO2 yang dihasilkan.
Penggunaan moda transportasi darat seperti motor maupun mobil memerlukan bahan bakar sebagai sumber energi. Bahan bakar tersebut berperan sebagai penggerak mesin yang ada dikendaraan agar transportasi darat tersebut bisa bergerak. Di Indonesia bahan bakar masih secara dominan berasal fosil seperti bensin dan solar. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang pada saat itu dipegang oleh Arifin Tasrif mencatat bahwa jumlah konsumsi bahan bakar di Indonesia untuk tahun 2022 mencapai 1,1 miliar barel setara minyak (BOE). Angka tersebut nyatanya mengalami peningkatan 30% dibandingkan tahun 2012 yang lalu.