Indonesia digambarkan oleh banyak orang sebagai negeri yang kaya akan keberagaman budaya, alam, dan tradisi. Saat seseorang tinggal di Indonesia akan memberikan pengalaman yang luar biasa. Sinar pagi hari yang menyapa sangat hangat membuat setiap orang yang bangun akan memiliki energi yang banyak untuk memulai harinya yang penat dan sibuk. Keindahan alam seperti pantai yang eksotis sampai pegunungan hijau menakjubkan menjadi saksi bahwa hidup di Indonesia sangatlah beruntung. Tidak lupa kehidupan sosial masyarakat yang ramah dibalut oleh keramahtamah yang menjadi bagian tidak bisa terpisahkan saat menjalani kehidupan sehari-hari di Indonesia. Di dalam setiap harinya tidak lupa khususnya saat pagi hari aroma kopi yang sertai oleh senja yang indah akan menciptakan kesan damai yang sulit dilupakan sampai kapanpun. Semua pesona tersebut membuat semua orang yang tinggal di Indonesia akan nyaman dan betah untuk tinggal.
Tidak lupa saat menjalani kehidupan di Indonesia juga terdapat nilai-nilai luhur dikenal dengan nama Pancasila. Untuk bukti secara nyata dapat dilihat dari sila keempat berupa demokrasi yang berjiwa musyawarah untuk mufakat. Pemilu (Pemilihan Umum) merupakan bentuk nyata dari musyarawah yang menjadi pilar utama dalam menjaga keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Adanya pemilu membuat masyarakat memiliki kesempatan untuk bersuara dan memilih pemimpin atau wakil rakyat yang dipercaya untuk mengelola pemerintahan ke arah yang lebih baik. Maka melalui adanya pemilu tersebut rakyat Indonesia akan dapat merasakan pengalaman demokrasi yang menjadi cermin dari adanya sebuah kebersamaan yang tidak terpisahkan melalui kehidupan sehari-hari di Indonesia.
Pelaksanaan pemilu di Indonesia diadakan setiap lima tahun sekali sesuai dengan aturan yang berlaku. Tujuan adanya waktu tersebut untuk menjaga kestabilan politik dan demokrasi dalam negara. Adanya pemilu dapat diibaratkan seperti pisau bermata dua. Dimana disatu sisi adanya pemilu dapat memilih anak-anak terbaik bangsa guna menjalankan roda pemerintah ke arah yang lebih baik. Tetapi disi lainnya adanya pemilu sering terjadi menimbulkan pemisahan yang mendalam di masyarakat. Dimana masyarakat menjadi terpecah menjadi berbagai macam aliran politik yang dipegangnnya. Hal tersebut terjadi pada pemilu presiden pada tahun yang lalu dibuktikan terdapat julukan di masyarakat berupa “Cebong” dan “Kampret”.
Gesekan yang terjadi pada politik tersebut benar-benar menguras energi sampai pikiran setiap masyarakat yang terlibat. Salah satu akibat adanya geserkan tersebut sampai pihak petugas penyelenggara pemilu menglami sakit dan korban jiwa. Berdasarkan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dipegang oleh Arief Budiman untuk pemilu 2019 secara total 5.175 petugas mengalami sakit dan 894 mengalami meninggal dunia. Tidak jarang adanya pilihan politik di keluarga besar yang awalnya harmonis tanpa adanya gesekan akan berubah menjadi gesekan. Sehingga akhirnya keluarga besar menjadi retak dan tidak lagi mau bertemu sama atau berkomunikasi lagi.
Pemilu 2019 di Indonesia menurut pandangan penulis cukup meninggalkan kesan yang memilukan pada benak banyak warga masyarakat. Geserkan selama pemilu sangatlah menguras perasaan masyarakat dan menciptakan ketegangan sosial. Belum lagi kondisi tersebut diperparah oleh penyebaran berita palsu (hoaks) yang sengaja dibuat untuk mempengaruhi opini publik. Berta hoax tersebut nyatanya tidak hanya merusak reputasi calon kandidat tetapi juga memicu kecemasan diantara masyarakat terhadap intergritas calon kandidat.
Selain itu adanya ketegangan politik yang sangat intens bagi kubu pendukung saling bentrok di media sosial atau kehidupan sehari-hari menjadi makanan sehari-hari. Hasilnya adanya kekerasan verbal sampai fisik sering kali melibatkan simpatisan terjadi. Semua tersebut menghasilkan suasana yang sangat tidak stabil dan dipenuhi rasa kekhawatiran di tengah kehidupan bermasyarakat. Sehingga tidak hanya menciptakan perpecahan dalam masyarakat tetapi juga menguras semangat persatuan dan solidaritas nasional yang harusnya menjadi lebih kuat adanya demokrasi berupa pemilu.
Untuk mencegah konflik sampai gesekan yang terjadi pada pemilu yang akan datang dibutuhkan peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Dimana mahasiswa sebagai kaum intelektual memiliki potensi membawa perubahan positif ke dalam masyarakat. Ada banyak sekali langkah yang dilakukan seperti menjadi mediator antara calon presiden yang diusung oleh berbagai macam partai yang akan dipilih oleh masyarakat.
Salah satu bentuk nyata yang sudah terjadi berupa adu debat gagasan yang dilakukan oleh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dari Universitas Indonesia. Pihak BEM UI telah menjadwalkan acara debat berbentuk dialog oleh tiga Bakal Calon Presiden (Bacapres) Republik Indonesia (RI) dilaksanakan tanggal 14 September 2023. Untuk Bacapres tersebut seperti yang sudah diketahui oleh masyarakat secara luas berupa Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, serta Anies Baswedan. Ketiga calon Bacapres tersebut diberikan seluas-luasnya untuk dapat memaparkan visi sampai misi yang mau diemban. Sehingga akan dapat menciptakan ruang dialog yang aman dan menekan konlik yang akan terjadi di masa depan nanti.
Selain itu mahasiswa juga selalu menjadi pengingat bahwa adanya garis bawahi akan pentingnya pendidikan politik berbasis nilai kebangsaan. Sehingga para mahasiswa yang mengetahui akan sejarah, budaya, dan nilai-nilai Indonesia harus dapat mengajak masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab. Untuk menciptakan hal tersebut mahasiswa harus dapat berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan walaupun ditengah lautan beda pilihan politik yang terjadi.
Mahasiswa juga dapat mengembangkan sebuah program literasi politik yang intensif di berbagai macam kominitas masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung khususnya kepada masyarakat yang sulit menerima akses informasi politik. Maka mahasiswa dapat memberikan informasi tersebut dengan mudah melalui berkunjung langsung atau melalui teknologi internet yang dapat diakses kapan dan dimanapun. Akhirnya masyarakat tidak akan termakan oleh hak-hak yang kurang baik dilakukan oleh oknum jahat untuk mempengaruhi pemilihan masyarakat saat pemilu tiba.