Mohon tunggu...
Topade Wisdom
Topade Wisdom Mohon Tunggu... wiraswasta -

Motivation of Life (Riyadhoh to Life)\r\nhttp://successofway.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cara Mengobati Penyakit Bangsa

15 September 2012   16:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:25 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Melihat rentetan masalah dinegri ini menggambarkan bangsa kita dalam keadaan sakit. Yah sakit! Sepertinya tak perlu disebutkan juga masalahnya sakitnya apa, apalagi penyebabnya apa. Kita bukan orang buta, bukan juga orang budheg, dan bukan juga sedang ngomongin saudara yang tuna fisik. Tulisan ini fokus mereteli mayoritas anak bangsa, termasuk penulis yang sedang mereteli dirinya sendiri. Dengan dipreteli semoga terliat jelas penyebab sakitnya.

Kembali kepada tema bangsa yang sakit, Maka kita sebagai anak bangsa harus bisa menyembuhkanya. Dengan apa?. Ya dengan belajar! Lho semudah itukah? Ya memang mudah. Kita harus belajar melihat setiap masalah bangsa kita dengan kejernihan berfikir. Karena dari situ dapat menghasilkan sikap yang jernih. Otomatis orang yang sikapnya jernih didalam menyikapi masalah-pun dengan cara yang jernih (menyikapi masalah tanpa masalah). Be-la-jar! inilah kata kuncinya. Bila kita ingin bangkit dari keterpurukan tidak perlu malu untuk belajar. Kita itu siapa?. Saya. Anda. Orang kecil. Orang besar. Miskin. Kaya. Rakyat. Pemimpin. Seluruh masyarakat bangsa Indonesia tercinta. Nyalakan kembali rasa nasionalisme kita. Kobarkan semangat persaudaraan kita. Dan hidupkan rasa kebangsaan kita. Iya tapi belajar jadi apa?. Belajar jadi dokter!. Belajar jadi bengkel!. Siapa yang harus di obati? Apa yang harus diperbaiki?. Tentu saja bukan hewan dan mainan anak-anak!. Jangan pura-pura tidak tahu. Masalah bangsa kita sangat serius. Penyakitnya sudah sangat akut. Dan yakin kita semua sudah tahu penyakit bangsa kita. Letak sakit bangsa kita. Asal tidak menutup mata pasti mengetahuinya. Masih belum jelas juga penyakit bangsa kita?.

Oke, dimulai dari ilmu-nya anak TK. Bangsa kita namanya Indonesia. Bentuknya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terdiri dari beberapa kepulauan. Ada Jawa, Sumatra, Kalimantan, Aceh, dan lain-lain. Setiap pulau dihuni oleh mahluk. Yang nyata bisa dilihat mata ada lima,. Manusia, hewan, tumbuhan, air dan bumi. Nah! koloni manusia pada setiap pulau disebut suku bangsa. biasa juga disebut RAS. Setiap pulau, suku atau ras masing-masing memiliki kekayaan alamnya sendiri-sendiri. Sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup. Sebagian saudara kita mencari penghasilan dari hasil laut sebagai nelayan. dan sebagian yang lain dari hasil buminya sebagai penambang emas, batu bara, timah, minyak, gas, petani dan lain-lain. Namun sayangnya seperti ada lost control dari mereka yang punya kepentingan terhadap kekayaan alam kita. Kekayaan alam dieksploitasi sangat berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan disana-sini. Bencana alam yang datang silih berganti melanda bangsa kita sebenarnya tidak lepas dari budaya sembrono para bandit ekonomi bangsa kita. Baik bencana alam maupun bencana ekonominya.

Untuk membuktikan kebenaran tulisan ini rasanya kita tidak akan kekurangan literature. Bisa kita dapatkan dari beberapa media massa seperti berita di televisi, Koran, buku dan lain-lain yang itu semua disampaikan oleh para pakar yang ahli di bidangnya. Faktanya memang sudah terjadi dan bangsa kita sedang merasakan kerusakan itu. Imabas dari itu semua bangsa kita sedang dihajar krisis yang berkepanjangan, lebih parah lagi krisis moral. Padahal Indonesia negri yang mempunyai kekayaan alam yang luar biasa dan itu tidak dimiliki oleh Negara-negara lain. Ini semua bisa terjadi karena ada kesalahan moral dalam pengelolaan kekayaan alam kita dan adanya moral tikus yang menggerogoti gudang uang milik Negara adalag faktor berikutnya. Tentunya pelakunya adalah manusia. Kita dong? Yah kita. Mungkin saya, anda, mereka. Yang jelas kita semua bersalah. Enak saja saya tidak pernah melakukan itu? Sudah-lah jangan merasa sok suci dulu. Singkirkan dulu rasa-rasa itu, tidak ada untung dan manfaatnya bagi pembangunan bangsa. Katanya kita ingin bangkit dan membangun bangsa. Iya tapi gimana caranya? Oke. Caranya ada dua.

Pertama. Kita harus bisa menjadi orang yang bajik. Orang yang bajik adalah; orang yang tidak pernah merasa mempunyai kebaikan. kendati pada kenyataanya sudah pernah berbuat baik sebesar gunung semeru sekali-pun. Karena dengan seperti itu akan lahir sikap rendah hati dan selalu introspeksi diri. Selalu sibuk mencari kekurangan diri-sendiri, untuk dapat diperbaiki pada masa setelahnya. Lalu yang kita praktekan pada masyarakat lingkungannya adalah yang baiknya. Menjadi pribadi yang mandiri, tidak bergantung pada orang lain, tidak menyusahkan dan apalagi menyakiti orang lain. Setiap berinteraksi dengan orang lain selalu ada unsur belajar. Baik belajar dari kebaikanya maupun dari kesalahanya. Lho! Untuk apa belajar dari kesalahan orang?. Belajar dari kesalahan bukan berarti kita akan ikut-ikutan salah. Bahkan dari situ kita harus punya sikap! Cukup mereka saja yang salah. Aku tidak akan ikut-ikutan. Juga jangan sok jadi penasehat kalau kira-kira tidak mampu. Koruptor memang salah, yang melakukan ilegaloging salah, yang ngebom salahnya parah, dan illegal-ilegal yang lainya juga salah. Namun jangan sampai memancing kita bersikap yang salah pula. Demo turun kejalan membuat kemacetan bahkan keributan tidak jarang pula berbuat anarki, Merusak gedung membakar mobil yang belum tentu orangnya bersalah. Itukan perbuatan yang kurang benar juga. Cukup serahkan kepada hukum yang berlaku Karena mereka biang kerok ilegal sesungguhnya, dan bukan orang yang taat hukum. Tapi jangan sampai kita ikut-ikutan tidak taat hukum. Bila kita ingin menegakan benar harus dengan cara yang benar, begitu juga bila kita ingin menghancurkan yang salah harus dengan cara yang benar juga. Mari sebagai orang yang beragama kita do’akan orang yang salah-salah itu menyadari kesalahanya dan mereka pencuri harta Negara mau mengembalikan hasil curianya kepada negara. Kalau tidak sadar juga? Do’akan agar cepat masuk surga. Yang jelas orang yang bajik akan berlaku bijaksana. Bisa menjadi contoh ditengah-tengah masyarakat tapi tidak bermaksud mencontohkan. Melainkan lahir dari kesadaran diri. Bahwa semua kebaikan yang dilakukannya memang sudah seharusnya dilakukan. dambaan hidupnya hanya satu. kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan hidup. Itulah islam. Apabila kebajikan terus dikembangkan dalam hidup cepat atau lambat akan mewabah, karena setiap perbuatan itu Virus. Tapi ini Virus kebaikan.

Kedua. Kita harus menjadi orang yang bijak. Bajik dan bijak adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bila bajik itu input maka bijak itu output. Bajik itu lampunya sedangkan bijak cahayanya. Mustahil lampu dapat menerangi kegelapan kalau tanpa cahaya. Nah. sifat dari cahaya adalah keluar. Untuk apa? Ya untuk menerangi lingkungan sekitar. Lebih jelasnya bajik itu orangnya, bijak itu perbuatanya. Obyek dan subyek. Jadi orang yang bajik sudah pasti bijak. Bila kebijakanya sudah dipraktekan pada masyarakat yang tampak adalah bijaksananya. Orang yang bajik dan bijak itu yang dipikirkan selalu kebaikan dan kebaikan. Kemaslahatan dan kemaslahatan. Gelisah jika tidak berbuat baik. Jika berbuat salah selalu terngiang-ngiang selalu berusaha ingin cepat memperbaiki kesalahannya. Lalu tidak mudah menyalahkan orang lain. Karena tidak merasa paling benar. Jika melihat orang lain benar-benar salah juga tidak mau mengucilkanya. Karena dia tau kalau dikucilkan justru akan bertambah parah kesalahanya. Faktanya tidak sedikit orang yang dikucilkan karena kesalahanya justru makin menjadi-jadi. Tidak mengucilkan juga bukan berarti membela kesalahanya. Awas hati-hati karena hal ini sering terjadi. Orang yang sebenarnya punya tujuan baik, hanya karena dekat dengan orang yang berbuat salah, jadi ikut dianggap salah. Dan orang yang bijak ialah orang yang mendahulukan identifikasi kesalahan sebelum menyimpulkan bahwa si A itu bersalah. Jadi sikap hati-hati dan waspada itu sudah menjadi bagian hidupnya.

Lho! Kok ingin bangkit dari masalah yang melilit bangsa larinya kebajik dan bijak?. Terus mau lari kemana! Tadi katanya harus belajar dan belajar kan supaya pinter?. Berarti harus sekolah dong?. Iya disini juga belajar dan sekolah!. Nanti dulu jangan diprotes dulu!

Betul kita memang harus pinter. Pinter intelektual juga bagus. Namun perlu disadari Negara kita tidak akan kekurangan orang pinter. Setiap kampus, universitas dan disetiap perguruan tinggi, pertahun-nya selalu menghasilkan orang pintar. Presiden kita orang pinter. Pak menterinya, wakil rakyatnya, gubernurnya, walikota sampai lurahnya juga orang pinter kan?. Tapi yang korupsi, yang merusak hutan, yang jadi penyelundup, maling minyak, maling gas, yang mebuat bom dan yang ngebom, apalagi yang membuat sengsara rakyat mereka juga orang pinter kan?. Lalu mau pinter apa lagi. Indonesia tidak akan kekurangan orang pintar. Tapi kekurangan orang benar (bajik) yang selalu berjalan diatas kebenaran (bijak). Jadi orang yang bajik dan bijak itulah yang dibutuhkan oleh bangsa kita. Sebagai bengkel dan dokter jiwa-nya orang-orang yang pinter keblinger itu. Untuk Berjuang membangun moral bangsa bersama-sama orang pintar tapi benar. Gitu aja kok Menawar!.

=====================================================================

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun