Waktu aku kecil, setiap minggu pagi bersama teman2ku, kami selalu beramai ramai naik otopet ( sepeda tak berpedal ) dari rumahku di istrad ( mungkin maksudnya 1st straad ) sekarang Otista menuju ke swembath (sekarang pasar raya Manggarai ). Paling senang waktu sampai di depan stasiun KA manggarai, jalanan menuju terowongan agak menurun sehingga kami dapat melaju kencang. Terowongan manggarai masih sempit, mobilpun masih sepi, dari depan stasiun itu kami berhenti untuk start aba2 adu cepat. Menjelang terowongan yang jalannya agak menikung kulihat ada orang jatuh dari atas terowongan, sangat jelas kulihat, mau tidak mau aku harus mengelak agar tidak melidasnya. Karena aku mengelak secara tiba2, dari belakang temanku manabraku, maka terjatuhlah kami beramai2. Semua marah padaku, aku beralasan ada orang yang jatuh dari atas terowongan, tetapi kucari2, tengok kiri, tengok kanan tidak ada orang lain selain kami. Aku heran, kemana hilangnya orang yang jatuh tadi, karena alasanku tidak terbukti, teman2ku mulai menjuluki aku sarap. Pada awalnya aku takut dan terkejut melihat hal yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, namun akhirnya aku menjadi terbiasa karena mahluk2 seperti itu tidak dapat menyentuhku. Memang aku seperti orang sakit sarap beneran ketika ada kepala yang tiba2 muncul dari plafond lalu keluar tangan memberi lambaian dan akupun meresponya dengan memberikan lambaian tangan juga. Tetapi tidak sedikit pula yang lari terbirit2 ketakutan ketika aku memberi lambaian seolah ada mahluk lain didekatku, padahal aku tidak melihat apa2. Kalau seperti ini aku jadi geli sendiri, bukan aku yang sakit sarap. Sebetulnya, tidak setiap saat aku melihat hal yang aneh2 itu, apakah memang aku kadang2 dapat melihat atau kadang2 tidak, atau memang mahluk2 yang dapat menembus dinding itu jumlahnya sedikit, tidak jelas. Pemandangan yang paling lucu kadang aku temui diareal pekuburan, banyak manusia berseliweran, ada yang tanpa kepala, ada yang terbongkok2, ada yang tanpa lengan, ada yang kepalanya remuk, kalau melihat pemandangan seperti itu, benar kata orang aku seperti orang sarap, seolah ngakak2 sendiri tanpa sebab. Kalau aku ceritakan apa yang aku lihat, pastinya kawanku lari terbirit2 semua. Ketika aku berkantor diseputaran Blok M kebayoran Baru waktu silam, banyak aku jumpai peristiwa yang lucu dan kebetulan ada salah seorang bawahanku yang wanita juga dapat melihat hal yang sama seperti aku. Bossku waktu itu agak pelit, maunya sewa kantor kecil terus sehingga kami harus bekerja berhimpitan karena pegawai tambah banyak.  Aku berdua dengan bawahanku mengakali bossku agar  pindah kantor ke gedung pencakar langit, biar lebih gengsi gitu. Ruang kerja bossku ada di lantai 3 yang sekaligus sebagai ruang meeting, aku berdua bawahanku  sudah mengatur strategi, kalau dipanggil menghadap boss, kita kasih lambaian tangan kearah AC yang dipasang diatas kepala Boss. Memang setiap hari boss selalu memanggil kami untuk menghadap, ada saja yang ditanyakan, bolak balik naik turun lama2 juga pegal walaupun ruang kerja kami ada dilantai dua. Ketika aku dipanggil menghadap, sebentar2 mataku memandang AC yang diatas kepala Boss, boss tanya ada apa, aku jawab tidak ada apa2. Dalam hati, kena ente dikerjain, sementara dia nyerocos, aku kasih lambaian tangan ke arah AC, bossku segera berbalik badanya dikursi, tengok keatas, tanya lagi lihat apa, aku kasih jawaban yang sama. Geli aku dibuatnya, si boss ini tidak pernah takut sama orang, kog sama AC dia ngeper nyalinya. Tidak lama kemudian aku katakan kepada bossku, kalau tidak ada hal lain lagi yang dismpaikan, aku mau kembali meneruskan pekerjaanku. Hanya beberapa menit berselang setelah aku meruskan pekerjaanku, aiphone dimeja Indah, bawahanku itu berbunyi, boss memanggil. Aku main mata dengan Indah, kasih kode untuk melaksanakan strategi yang kami rencanakan. Sejak saat itu boss lebih banyak nimbrung bersama kami, hanya sebentar2 dia masuk ruangannya. Ruang kami sudah sesak, tambah sesak lagi karena semua urusan diselesaikan diruang kerjaku. Kasihan juga aku melihat boss yang sudah gak tenang kerja, tapi apa boleh buat, rencana sudah terlanjur berjalan, the show must go on. Mulailah aku singgung2 soal harga sewa kantor di gedung perkantoran, gak jauh berbeda dengan harga sewa ditempat sekarang. Aku tidak menyarankan untuk pindah kantor, bosskulah yang meminta aku untuk menjajaki sewa ruang kantor di Gedung pencakar langit. Dalam hati aku bersorak...yes...yes....yes.... berkat lambaian tangan aku dan Indah ke arah AC itu, bossku memutuskan pindah kantor ketempat yang lebih representative. Setelah kami pindah kekantor yang baru, hati ini tdak enak juga telah mengakali bossku, saat aku dipanggil menghadap diruangan boss yang berdinding kaca, aku buka kartu bahwa lambaian tanganku kearah AC dikantor lama itu sesungguhnya akal2 aku berdua Indah, untuk nakut2i boss agar pindah kantor. Bossku tidak percaya, dia lebih percaya bahwa dikantor lama memang ada sesuatu, katanya dia sering merinding bulu kuduknya. Terserahlah, yang penting aku sudah jujur, kalau seperti ini bossku yang sarap, malahan bertanya apakah kantor yang baru ini ada penunggunya, aku jawab banyaaaak sekali sambil tanganku menunjuk pegawai lainnya. Kamipun tertawa terbahak2, dalam hatiku, bossku ini memang sudah bener2 sarap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H