Mohon tunggu...
Ken Orok
Ken Orok Mohon Tunggu... -

Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa segeralah anda periksakan kesehatan jiwa anda sebab, semakin sering bergaul dengan dunia virtual maka akan menunjukkan semakin tinggi tingkatan stress seseorang. Mengacu hasil penelitian tersebut, menjadi kompasianer teraktif perlu segera memeriksakan kesehatan jiwanya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Skandal Mega BI

15 Maret 2010   17:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_94511" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi"][/caption] Bola panas itu mulai menggelinding mengarah kepada Ketua Umum PDIP Megawati Sukarno Putri. Adalah Agus Condro yang melaporkan diri bahwa yang bersangkutan menerima traveler Cheque kepada KPK. Agus Condro yang telah dianggap  sebagai desertir PDIP itu membuka kartu koleganya yang dinilai menerima suap terkait pemilihan Deputy Gubernur BI Miranda Gultom. Kasus ini sempat dikaitkan sebagi upaya menekan inisiator pansus Angket Bank Century, para politisi PDIP pun sempat mempertanyakan mengapa kasus lama ini baru diangkat bersamaan dengan mencuatnya bailout Bank Century. Bola terus menggelinding liar setelah terungkap nama penerima dana suap. Seperti halnya Max W Tutuarima, Max Wiliam Tutuarima, mantan anggota Komisi IX DPRRI dari PDIP dan sekredteris Farksi PDIP pada watu itu yang mengaku tidak mengerti dengan uang Rp. 500 juta yang diterimanya adalah hasil "upeti"  dari Miranda Gultom, menurut penjelasannya uang tersebut adalah bantuan partai untuk dana kampanye dan uang itu sudah habis untuk keperluan kampanye. Demikian juga dengan mantan ketua litbang PDIP  Kwik Kian Gie yang mengatakan bahwa Ibu Mega yang memerintahkan memilih Miranda Gultom. Ucapan Kwik ini  mungkin ada benarnya, tunduk pada perintah atasan sudah menjadi ketentuan dari organisasi manapun, artinya memilih Miranda Gultom sangat mungkin perintah Megawati. Dengan demikian juga ucapan Max W Tutuarima juga ada benarnya, menerima uang dari partai, maksudnya bukan suap dari Miranda Gultom, soal asal usul uang akan menjadi cerita lain. Kini hasil karya Agus Condro tersebut telah menghasilkan buah yang menyeret nama2 populer dari PDIP, namun kelihatannya semua mencari aman, atas perintah partai adalah salah satu cara berkelit dari tuntutan yang berarti tanggung jawab juga diarahkan kepada Megawati. Masih menurut Max Tutuarima, arahan mengenai perintah memilih Miranda Gultom disampaikan oleh Panda Nababan dalam pertemuan seluruh anggaota komisi IX FPDIP di Hotel Darmawangsa pada tanggal 24 Mei 2004 sebelum dilaksana fit and propper test. Tentunya pengungkapan kronologis tersebut adalah sebagai bentuk penegasan bahwa suap berjamaah tersebut adalah tanggung jawab partai yang tak lain ditujukan kepada Megawati. Menyimak persidangan Dudhi Makmun Murod yang secara terus terang mengakui seluruh tuntutan Jaksa tanpa membantah, agaknya Dudhipun tidak menginginkan hanya dia yang menanggung derita, maka terkuaklah semua yang terjadi dibalik pemilihan Deputy Gubernur BI Miranda Gultom itu yang membuat banteng moncong putih itu berkeringat dingin. Kasus yang merundung para banteng ini bisa saja membuat banteng moncong putih jungkir balik seperti pendahulunya PDI yang kini tak ada bekasnya lagi. Mungkin saja SBY sudah mengetahui adanya suap berjamaah tersebut dan seperti kita ketahui selama ini Megawati seperti tidak banyak berkomentar  tentang skandal Bank Century, Taufik Kiemas pun belakangan seperti berangkulan dengan SBY dengan penegasannya bahwa tidak ada pemagzulan. Mungkin saja rumor upaya barter kasus itu memang terjadi untuk mengamankan kasus lama makanya politisi PDIP paling rajin mempertanyakan kelanjutan rekomendasi sidang paripurna menyangkut Bailout Bank Century kepada KPK. Sementara itu, sebuah LSM mempraperadilankan SKPP Bibit dan Candra yang intinya kasus Bibit dan Candra harus diteruskan dalam persidangan. Yang ini tentunya menghendaki Bibit dan Candra agar  untuk sementara non aktive. Selain itu, putra Bibit diisukan menjadi markus karena terlihat bertemu dengan pihak yang tersangkut masalah yang perkaranya sedang ditangani oleh KPK. Setelah rekomendasi sidang paripurna DPR  "dicuekin" SBY, kini KPK mulai diobok2 lagi dan DPR pun mengancam akan memotong anggaran KPK dengan hak budgetnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun