Mohon tunggu...
Ken Orok
Ken Orok Mohon Tunggu... -

Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa segeralah anda periksakan kesehatan jiwa anda sebab, semakin sering bergaul dengan dunia virtual maka akan menunjukkan semakin tinggi tingkatan stress seseorang. Mengacu hasil penelitian tersebut, menjadi kompasianer teraktif perlu segera memeriksakan kesehatan jiwanya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Biasa, JK dan Ical Luar Biasa ...!

10 Maret 2010   06:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:30 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kekayaan seseorang indentik dengan kesuksesan, pandangan yang lumrah sebab keberhasilan seseorang pada dasarnya akan diukur dengan apa yang dihasilkan. Seorang professor dengan ketekunan pada profesinya serta tanggung jawabnya sebagai ilmuwan akan tetap menjadi orang " yang biasa saja " dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya karena dari gajinya hanya mampu membeli rumah yang sederhana. Tetapi seorang yang hanya tamatan sekolah rendah tetapi sukses dalam usaha maka akan menjadi orang " Yang luar biasa " dalam pergaulan sosial masyarakat karena dia memiliki harta kekayaan yang lebih dari lingkungan sekitarnya. Menjadi pejabat publik disyaratkan melaporkan harta kekayaan maka pejabat tersebut akan segera diketahui sebagai orang yang biasa atau luar biasa dalam kemampuannya mengumpulkan kekayaan untuk pribadinya. Menilik perjalan karier , dalam profesinya sebagaimana seorang professor yang adalah karier puncak seorang pendidik, demikian pula SBY yang berpangkat Jendral yang juga jenjang kepangkatan tertinggi akan menjadi orang yang biasa saja dilihat dari harta yang dapat dikumpulkannya, sebaliknya akan menjadi orang  " sangat luar biasa " apabila kekayaannya setara dengan JK atau Ical yang ditaksir mempunyai harta hampir mencapai Rp. 90 T itu. Menilik latar belakang kehidupan SBY yang putra seorang perwira pertama adalah "sangat luar biasa" jika kita lihat pada akhirnya SBY menjadi presiden RI pada puncak kaiernya. Sedangkan jika kita melihat JK yang putra seorang pengusaha terkemuka di Makassar yang dikenal sebagai boss NV Haji Kalla adalah menjadi orang biasa sesuai pendidikannya mampu mengembangkan rintisan usaha ayahandanya. Demikian pula Ical yang putra seorang pengusaha hasil bumi ternama di Lampung yang memiliki pergudangan hasil bumi  Bakri Brothers sejak zaman dahulu, juga menjadi orang biasa saja dengan kemampuan mengembangkan usaha milik keluarganya itu. Modal utama yang dimiliki oleh SBY adalah semangat juangnya, dalam kariernya yang akhirnya mampu menduduki puncak kekuasaan di Indonesia adalah sangat luar biasa. Hal ini tidak dapat terbantahkan, tetapi jika menilik harta kekayaan sebesar +/- USD 1 juta  yang berhasil dikumpulkan tersebut maka akan menggambarkan SBY adalah orang yang biasa saja karena banyak sekali bangsa ini yang mempunyai kekayaan setara kaekayaan SBY. Melihat perjalanan karier SBY yang menitinya dari pangkat letnan hingga mencapai pangkat Jendral serta kemampuannya untuk mengumpulkan kekayaan bahwa sesungguhnya SBY adalah seorang pekerja yang terbiasa dalam sebuah system.  Sebagai presiden tentu pola kerja itu tidak lepas dari spirit yang tertanam dirinya yang baginya telah terbukti membawa kesuksesan dalam kariernya. Pola yang berpegang pada system ini lebih bersifat konservative yang mempunyai kelemahan yaitu lambat dalam mengambil keputusan tetapi aman bagi kariernya. Berbeda dengan JK dan Aburizal Bakrie, latar belakangnya membentuk waktak progresive dan liberal yang bertolak belakang dengan pola yang diterapkan oleh SBY. SBY yang memerintah dengan gaya konservative dinilai tidak dapat mengambil terobosan2 guna menggenjot ekonomi negeri ini.  Tak heran apabila terjadi banyak pertentangan selama SBY dan JK berduet yang puncaknya pada perselisihan keputusan bailout Bank Century itu. Golongan liberal dan progresive yang menguasai jalur ekonomi itu harus terseok menemui benturan karena SBY berpegang pada system yang tidak serta merta dapat disesuaikan karena prosedurnya sangat panjang. Kebiasaan pengusaha indonesia yang menyiasati aturan dan pemerintah hanya tutup mata pada masa lalu, sekarang harus siap dengan kemampuan tanpa back up pemerintah.  Bagi pengusaha tentu memprihatinkan, selain mengalami kerugian juga dihadapkan pada masalah pengangguran.  Memberikan lapangan kerja adalah bagian kesenangan tersendiri bagi pengusaha, ini sisi manusiawinya karena penghargaan yang dia terima adalah akibat dari pemberian lapangan kerja itu.  Terbawa dalam dunia politik, kaum pengangguran ini langsung menjadi komoditas politik, kebiasaan dalam menyiasati aturan itulah yang mendorong wacana pemakzulan. Dari sudut pandang sosiologi politik, apa yang dijalankan oleh SBY tak lain menciptakan pemerintahan yang model wise guys, pemerintahan yang baik, tetapi bagi JK atau Ical menginginkan pemerintahan yang mendatangkan kemakmuran, tetapi aturan yang ada lebih cocok untuk membangun pemerintahan wise guys seperti yang diinginkan SBY. Dua gaya seperti ini tidak akan pernah bertemu sebab aturan dianggap membelenggu kemajuan usaha. Pada masa lalu, aturan banyak mendapat masukkan dari pengusaha atau sesuai keiinginan pengusaha  seperti larangan import kapal bekas, larangan import mobil build up, tata niaga cengkeh yang pada dasarnya adalah politik dumping yang diterapkan. Begitu juga insentive import, tax holiday, penundaan bea masuk barang modal semuanya adalah aturan untuk menguntungkan pengusaha yang pada akhirnya dapat menyumbangkan pendapatannya untuk mengisi APBN. Berbeda dengan SBY, aturan harus ditegakkan, disinilah yang menimbulkan pertentangan karena pengusaha Indonesia yang terbiasa dibawah ketek itu dihadapkan pada resiko kerugian. Salahkah pemerintahan SBY menegakkan aturan dalam dunia bisnis, dari segi pemerintahan jelas sangat tepat tetapi implementasi yang tidak konsisiten akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan proyeksi. Aturan yang diberlakukan untuk membangun usaha, faktanya aturan itu menjadi ganjalan sebab sudah menjadi kebiasaan setiap aturan akan dihadapakan pada pengeluaran uang yang tidak jelas. Mestinya SBY yang biasa dalam harta kekayaan tersebut harus mampu mengadopsi keiinginan orang2 yang luar biasa dalam kemampuan harta kekayaan itu karena yang dibutuhkan oleh rakyat adalah penghasilan yang cukup, bukan sekedar pemerintah yang bersih. Semua rakyat pasti menginginkan hidup senang, tidak salah jika harta kekayaan Ical maupun JK menjadi impian setiap orang.  Bersih tapi miskin, barangkali bukan moto yang tepat, bersih dan makmur inilah yang kita inginkan dalam mengisi kemerdekaan. Doktrin militer yang meresap dalam diri SBY sangat bertolak belakang dengan doktrin usaha yang meresap dalam diri JK atu Ical, dua kutub itu sekarang sedang berseteru, penegakan aturan juga diinginkan rakyat, kemakmuran juga tidak kalah pentingnya. Dua2nya sangat penting, sekarang tergantung ego, selama kutub yang bertolak belakang itu tidak bersatu, maka yang menjadi kerban adalah rakyat. Biasa dan luar biasa  harus bersatu, mungkin akan menciptakan masyarakat yang tertib dan makmur, namun umumnya oarng akan tertib jika merasa cukup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun