Mohon tunggu...
Tony Mardianto
Tony Mardianto Mohon Tunggu... -

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kiat untuk Menjadi Rakyat Miskin

21 Desember 2009   16:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:50 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi seorang Pejabat Pemerintah seakan-akan ( atau memang demikain ) identik dengan kemakmuran dan kemewahan. Maka bukan suatu tindakan bodoh apabila untuk memperoleh jabatan tersebut berbagai cara mereka tempuh, baik dengan jurus politik maupun jurus finansial. Secara hukum ekonomi apa yang mereka investasikan untuk menjadi pejabat baik eksekutif maupun legislatif adalah bukan suatu kebodohan bahkan dapat dikatakan sebagai ide yang cemerlang. Investasi modal untuk menjadi seorang pejabat dapat kembali dalam waktu yang sangat singkat, terlebih jika pejabat tersebut dapat memanfaatkan celah-celah yang ada. Rakyat Indonesia sudah sangat makmur dan sangat sejahtera, sehingga tidak akan menjadi beban apabila harus menanggung dampak dari apa yang telah dilakukan oleh pejabat, baik eksekutif maupun legislatif baik dari tingkat pusat sampai kabupaten. Sangat tingginya pendapatan perkapita rakyat Indonesia sangat tidak seimbang dengan harga bahan pokok kebutuhan sehari-hari yang sangat murah. Ditambah lagi dengan biaya pendidikan dan jaminan kesehatan yang sangat jauh dibawah pendapatan perkapita rakyat Indonesia terutama yang ada di pedesaan dan daerah terpencil. Hal ini semakin mempersulit rakyat untuk mengalokasikan pendapatannya. Guna mengatasi berbagai kesulitan tersebut maka rakyat Indonesia sepakat untuk mengadakan pemilihan anggota DPR baik dari tingkat pusat sampai kabupaten secara langsung. Dengan demikian masyarakat akan semakin jeli dan tidak salah pilih untuk menunjuk Wakil Rakyat yang betul betul dapat membantu masyarakat menghabiskan semua cadangan kekayaan yang dimilkinya. Keberuntungan terus berpihak kepada rakyat, bebarapa kasus dibawah ini merupakan sebagian contoh tentang betapa beruntungnya rakyat Indonesia. 1. Lumpur Lapindo: Dengan tidak adanya kepastian tentang bagaimana proses ganti rugi terhadap korban lapindo merupakan anugerah yang besar bagi masyarakat. Seandainya Pemerintah dan DPR menekan pihak yang bertanggung jawab untuk segera menyelesaikan tanggung jawabnya, tentu hal ini akan mempersulit rakyat yang sedang berusaha sekuat tenaga untuk menghabiskan harta kekayaan yang dimilikinya. 2. Tingginya tuntutan gaji dan fasilitas yang diminta oleh para Anggota Dewan merupakan bukti bahwa Anggota Dewan benar benar menjalankan amanah dari rakyat. Karena pada dasarnya mereka dipilih oleh rakyat memiliki tugas yang sangat berat yakni menemukan berbagai terobosan yang dapat mempercepat habisnya uang rakyat. Bila hal tersebut tidak mereka lakukan maka tentu akan menimbulkan kekecewaan rakyat yang telah bersusah payah memilihnya. 3. Apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah karena telah mampu menciptakan kelangkaan BBM khususnya minyak tanah yang berdampak pada melambungnya harga BBM tersebut. Dengan kondisi demikian Pemerintah seakan-akan telah memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berjalan sehat kesana-kemari untuk mencari minyak tanah yang langka dan mahal. 4. Pencanangan biaya 5 miliar yang diajukan Pansus bank century merupakan sebuah gebrakan yang memang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Bayangkan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun para anggota dewan yang tergabung dalam Pansus Bank Century telah mampu mewujudkan apa yang menjadi impian rakyat selama ini. 5 miliar akan sangat membantu mempercepat proses pengurasan uang rakyat. Untuk hal ini maka sudah selayaknya masyarakat memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya. Sampai kapan kondisi ini akan tetap demikian ? Hal tersebut tergantung dari sampai kapan keberuntungan rakyat Indonesia yang sangat kaya raya ini dapat mewujudkan impiannya untuk menjadi rakyat miskin yang selama ini hanya hadir dalam mimpi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun