Sebagaimana diberitakan beberapa media elektronik dan cetak serta online, Kapal Selam KRI Nanggala 402 yang menjadi salah satu kekuatan utama sistem pertahanan Indonesia kembali ke Indonesia setelah menjalani masa perbaikan total selama kurang lebih dua tahun di Korea Selatan. Sekedar informasi, KRI Nanggala merupakah salah satu kapal selam Indonesia, selain KRI Cakra 401. KRI Nanggala dibuat di Jerman tahun 1977 dan beroperasi di Indonesia sejak tahun 1981. Semenjak keberadaannya di Indonesia, ia telah turut memberi makna tersendiri bagi dinamika dan kualitas sistem pertahanan Indonesia umumnya dan Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) Indonesia khususnya. Tercatat, tahun 2002, KRI Nanggala terlibat dalam latihan gabungan TNI AL-US Navy CARAT (Coorperation Afloat Readiness and Training); Tahun 2004, terlibat dalam Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) XV/04 di Samudera Hindia, di mana dalam latihan itu KRI Nanggala berhasil menenggelamkan eks KRI Rakata, sebuah kapal tunda samudera buatan 1942 dengan torpedo SUT. Wah..hebat juga KRI Nanggala.
KRI Nanggala berbobot mati 1.395 ton, berdimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter dengan mesin diesel elektrik yang mampu melaju hingga kecepatan 25 knot di dalam air. Nanggala sebagaimana diungkapkan Kolonel (P) Tunggul Suropati, mantan Komandan Satgas Overhoul, memiliki kemampuan menyelam yang cukup baik: “Dalam uji coba kami bisa turun hingga 257 meter di dalam laut, dalam keadaan terpaksa maksimal 300 meter”,ujar Kolonel Suropati sebagaimana dikutip Tribunnews.com.
Selama masa perbaikan dua tahun di Okpo, Korea Selatan, KRI Nanggala mengalami perbaikan yang cukup signifikan terkait, struktur kapal, lapisan baja, sistem navigasi dan persenjataan bawah air, serta sonar. Dengan teknologi sonar baru, Nanggala mampu mendeteksi kapal perang musuh hingga jarak 40 kilometer dan dalam kondisi 100 persen, Nanggala bisa berada di dalam air hingga 52 hari dengan awak kapal 48 orang. Wao… luar biasa.
Terlepas dari penilaian putera-puteri Indonesia atas keberadaan Nanggaladi tanah air kita, bagi saya KRI Nanggala merupakan satu kekuatan sekaligus kewibawaan sistem pertahanan Indonesia yang perludijaga dan diperhatikan. Karenanya perbaikan yang dilakukan pemerintah terhadap Nanggala merupakan satu perhatian yang patut diapresiasi. Sembari mengapresiasi hal positif tersebut, saya mengharapkan pemerintah terus mengotrol pemanfaatan dua kapal selam Indonesia secara intens demi kenyamanan NKRI dari berbagai gangguan dan keutuhan NKRI dari berbagai bentuk klaim dan serangan-serangan , entah itu serangan internal maupun eksternal. Satu hal yang juga menurut saya perlu diperhatikan serius adalah pemenuhan dan penyempurnaan alutsista Indonesia. Dalam hal ini saya meminta Menteri Pertahanan Indonesia, bapak Purnomo Yusgiantoro sungguh memperhatikan dan merealisasikan desain Rencana dan Strategi Pertahanan Negara 2010-2014 yang telah dibuatnya secara baik. Selain bapak menteri, beberapa lembaga terkait, termasuk DPR perlu memberi perhatian serius untuk alutsista dan barisan pertahanan laut negara kita. Sekiranya berkenan, mari kita kembalikan posisi kita pada posisi keempat di dunia dalam hal pertananan laut sebagaimana yang terjadi pada masa Bung Karno. Kala itu, Indonesia merupakan kekuatan Angkatan Laut terbesar keempat di dunia setelah Amerika,Uni Soviet dan Iran. Bersama kita bisa. Welcome Nanggala bersama Kolonel (P) Purwanto dan 34 awak kapalnya di tanah airmu. Kami menanti aksimu demi abadinya Nusantara tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H