Mohon tunggu...
Tony Burhanudin
Tony Burhanudin Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnalis

Malas membaca sesat di pikiran

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hidup Ini Memang Senda Gurau dan Permainan Belaka

2 Januari 2012   03:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:27 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan ini hanya senda gurau dan permainan belaka. Demikian salah satu pesan Tuhan kepada manusia seperti yang tertuang dalam kitab suci. Tuhan tahu betul bahwa kehidupan ini teramat sulit dan kompleks bagi manusia, sehinggaTuhan memberikan peringatan bernada menghibur. Harapannya dapat menurunkan tensi atau ketegangan manusia dalam mengarungi kehidupan.

Senda gurau dan keinginan bermain – main merupakan sifat bawaan manusia. Itu sebabnya sejak dari kecil hingga tua renta manusia senang bermain – main dan bercanda. Dari zaman ke zaman, setiap budaya selalu mengenal permainan. Generasi terdahulu cukup beruntung karena masih mengenal permainantradisional seperti bola kasti, gabar sodor, petak kumpet, dan dampu. Semua permainan tersebut dilakukan di ruang terbuka dan dimainkan secara beregu. Kalau Anda tidak mengenal permainan tersebut silahkan ‘googling’ semoga mendapatkan informasi yang jelas.

Lain hal nya dengan generasi 80 – 90 an yang lebih banyak melakukan permainan di ruang tertutup, game di komputer misalnya. Games yang banyak dimainkan adalah game – game heroisme bernuansa kekerasan, dengan adegan memukul, menendang, menjatuhkan, menembak, atau berkelahi menggunakan senjata tajam. Sebagian pemerhati pendidikan mencurigai maraknya tawuran antar pelajar antara lain dipicu kegemaran memainkan game-game kekerasan. Rupanya anak – anak itu lupa apa yang ditampilkan di games cuma permainan belaka, dan sangat berbahaya bila dipraktekkan dalam kehidupan nyata.

Manusia senang bemain-main, karena dalam permainan ada unsur ketertidakdugaan dan keterbatasan. Jadi dalam permainan manusia diingatkan bahwa dirinya serba terbatas, terbatas dalam hal kemampuan maupun terbatas dalam pengertian ada aturan yang memagarinya. Kedua unsur tersebutlah yang membuat permainan menjadi menarik.

Sepakbola adalah contoh sempurna permainan yang sarat dengan unsur ketertidakdugaan dan keterbatasan. Sepakbola menjadi menarik karena tingginya unsur ketertidakdugaan. Dalam permainan sepakbola kita tidak tahu siapa tim pemenang sampai peluit terakhir dibunyikan. Banyak hal tidak terduga dalam sepakbola, apakah gol tercipta dengan tendangan bebas, tendangan first time, sundulan, gol bunuh diri, atau dengan tangan yang sebenarnya dilarang (ingat kasus gol Tangan Tuhan Maradona, kalau tidak tahu Anda bisa googling lagi). Anehnya gol ini tetap sahkan wasit.

[caption id="attachment_160590" align="aligncenter" width="150" caption="Insiden Gol Tangan Tuhan Maradona"][/caption]

Sepakbola juga mengajarkan bahwa manusia serba terbatas. Sepandai-pandainya pemain bintang, tidak mungkin menggocek bola melewati 11 pemain lawan sendirian. Maradona saja cuma sanggup melewati 5 pemain Inggris saat Piala Dunia 1986, dan itu pun menggiring bolanya dari garis tengah.

Satu hal lagi yang membuat sepakbola begitu menarik. Sepakbola sebenarnya drama bagi manusia itu sendiri. Ini rupanya yang membuat ribuan orang berduyun-duyun datang ke stadion dan berjuta-juta pasang mata terpaku di depan TV.

Dalam sepakbola begitu tipis antara kesedihan dan kegembiraan, antara kemenangan dan kekalahan, antara kelenturan dan kekerasan, bahkan dalam beberapa kasus antara kecurangan dan keeleganan. Maradona boleh saja dianggap maestro sepakbola dan pahlawan bagi Argentina, tapi bagi publik Inggris insiden gol tangan Tuhan pada Piala Dunia tahun 1986 sangat menodai sportivitas. Publik Inggris sampai sekarang belum lupa akan ulah tepu-tepu Maradona

[caption id="attachment_160591" align="alignleft" width="150" caption="Pemain timnas tertundu lesu usai dikalahkan Malaysia"]

1325476318735419926
1325476318735419926
[/caption] Kita juga belum lupa drama kekalahan timnas kita dari Malaysia di stadion GBK. Dua kali pemain dan penonton sepakbola kita dibuat sakit hati dalam partai final melawan tim Jiran. Alhasil, sementara pemain kita tertunduk lesu di lapangan dan berjuta-juta penonton kecewa tidak percaya, pemain Malaysia melonjak dan berteriak – teriak kegirangan. Sangat kontras. Siapa coba yang tidak bangga bisa mengalahkan timnas dua kali di stadion GBK yang angker. Ibaratnya mengalahkan timnas Inggris di stadion Wembley. Hidup ini memang butuh senda gurau dan permainan. Namun jangan demi alasan itu kita jadi mempermainkan hidup ini. Percayalah banyak orang akan mengutuk jika kita “mempermainkan” hidup ini seenak perut kita. Seorang hakim dan pengacara akan dihujat jika kerjaannya cuma ngutak-ngatik pasal karet. Seorang menteri atau presiden akan dicaci maki jika mempermainkan jabatannya untuk kepentingan dirinya sendiri dan partainya. Seorang pemuka agama akan dilecehkan jika menafsirkan ayat – ayat Tuhan demi menyenangkan hawa nafsunya.

Begitu pun dalam sepakbola, wasit dan hakim garis akan dikutuk oleh seluruh pecinta sepakbola jika mau disogok untuk memenangkan suatu tim. Ini bukan perkara menang atau kalah, tapi menyangkut sportivitas dan melawan “hukum” ketertakdugaan dan keterbatasan. Masa permainan belum dimulai, tapi sudah diatur pemenangnya.

Kesimpulannya hidup ini memang senda gurau dan main-main.Namun agar hidup terasa nikmat dan harmoni hidup tetap butuh aturan main (rule of the game). Jika aturan mainnya sering dilanggarhidup bukan menyenangkan, namun menyesakkan. Teman saya yang tekun beribadah sering mengingatkan saya. Katanya mumpung Tuhan belum ‘campur tangan’ untuk menegakkan keadilan, manusia harus cepat-cepat membereskan berbagai ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Wallhualan bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun