Mohon tunggu...
Tony Rosyid
Tony Rosyid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamat Politik

Pengamat Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies, Ambulans, dan Demonstran

27 September 2019   21:22 Diperbarui: 27 September 2019   21:27 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anies, termasuk gubernur Jakarta yang sepi pemberitaan media. Media mainstream terutama, seperti ketakutan untuk membuat berita tentang Anies. Terutama jika itu menyangkut hasil kerja dan prestasinya.

Pertama, seperti ada yang khawatir dapat saingan. Telo yo tetap telo, roti tetap roti, kata tetangga sebelah. Gak akan ketuker. Mau dibungkus apapun, tetap rasanya beda.

Kedua, Anies bukan saja tidak menguntungkan, tapi menghambat bahkan menghalangi bisnis pihak tertentu. Reklamasi disegel, Alexis ditutup, bisnis air bersih dihentikan kontraknya, pengelolaan apartemen dicabut dari pengembang dan diserahkan ke pemilik, usaha memburu rumah di Menteng yang tak bisa bayar pajak terhambat.

Berapa ratus triliun yang gagal masuk kantong? Jika anda bagian dari mereka, anda bisa terima? Berat bro.

Ketiga, Anies dianggap sebagai calon paling potensial untuk pemimpin masa depan. Gubernur Indonesia, begitu publik menjulukinya. Nampak mirip heroisme Jokowi di 2012 dan 2014. Hanya beda style, kapasitas dan mungkin juga integritas. Ini akan jadi ancaman bagi siapapun yang bernafsu untuk ikut bertarung di pilpres 2024.

Sejumlah pihak tak ingin Anies berkibar namanya. Pihak-pihak ini dipastikan punya akses untuk kendalikan, bahkan ancam media. Wajar jika Anies tak banyak muncul di media.

Bukan hanya soal media. Kabarnya ada buzzer yang disiapkan khusus untuk menyerang Anies di medsos. Bahkan juga pasukan nasi bungkus yang kerja ritualnya mendemo Anies di Balaikota.

Apakah Anies gak boleh didemo? Boleh sekali! Setiap orang yang diberi amanah oleh rakyat sebagai pejabat publik harus dipantau, dikritisi dan dikritik. Termasuk Anies. 

Tak mempan dikritik, mesti didemo. Tapi, demo beneran. Natural dan tidak bayaran. Bukan suruhan dan jadi profesi/pekerjaan. Banyak yang menilai bahwa demo kepada Anies lebih bersifat politis. Terbaca polanya.

Meski masif dihajar dari empat penjuru arah angin, dari sisi branding, ini justru menguntungkan buat Anies. Anies jadi pembicaraan publik. Publik penasaran, lalu mereka cari tahu tentang Anies. Selain faktor empati juga. Secara psikologis, masyarakat cenderung berempati kepada orang yang terzalimi. Ini namanya bulliyan jadi pujian.

Terkini, Anies diserang dengan isu ambulans DKI yang diduga membawa batu dan bensin. Buat siapa? Para pendemo. Mirip mobil Gerindra saat demo bulan Mei lalu. Kaset lama dong. Sindir teman saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun