Mohon tunggu...
Tontowy Djauhari Hamzah
Tontowy Djauhari Hamzah Mohon Tunggu... Editor - Suami seorang istri, ayah dua anak laki-laki

Suami seorang istri, ayah dua anak laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok di Mata Taufik Gerindra

3 Desember 2014   21:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:08 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14175911942136024487

[caption id="attachment_380256" align="aligncenter" width="536" caption="www.merdeka.com"][/caption]

Ahok adalah nama panggilan Basuki Tjahaja Purnama yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, menempati posisi Joko Widodo yang kini telah menjadi Presiden Republik Indonesia.

Muhammad Taufik adalah Ketua DPD Partai Gerindra Jakarta, yang beberapa saat lalu gencar menolak Ahok jadi Gubernur DKI.

Bagaimana penilaian Taufik terhadap Ahok? Sekitar pekan ketiga Maret 2012, Taufik mempunyai penilaian positif terhadap Ahok: “…Ahok punya rekam jejak yang dinilai bersih. Catatan dalam kepemimpinannya sebagai Bupati Putra Belitung Timur juga mengesankan, di antaranya membebaskan biaya pendidikan sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas negeri, memotong biaya perjalanan dinas, serta memberi honor para ketua RT Rp 300 ribu, kepala dusun Rp 640 ribu, dan kepala desa Rp 2 juta per bulan.” (http://www.tempo.co/read/news/2012/03/20/228391326/Kapan-Akhirnya-Mega-Restui-Jokowi-Ahok)

Hal itu disampaikan Taufik saat mendukung Ahok yang kala itu maju sebagai Calon Wakil Gubernur DKI mendampingi Jokowi. Ahok didukung Gerindra. Saat itu Ahok masih menduduki kursi anggota dewan dari partai Golkar. Pencalonan Ahok sebagai Cawagub yang diusung Gerindra menuai kecaman dari Golkar. Ahok maju terus dan berhasil.

Babak selanjutnya, Ahok menuai kecaman dari Gerindra, karena mundur dari partai yang mendukungnya maju sebagai Cawagub tempo hari.

Muncul isu SARA, menolak Ahok sebagai Gubernur DKI karena ia Cina dan Kristen. Tapi Ahok tetap saja dilantik jadi Gubernur DKI Jakarta, melanjutkan kepemimpinan Joko Widodo.

Kesimpulannya, isu SARA menjadi tunggangan untuk memperkuat hajat politik. Penolakan terhadap Ahok adalah dinamika politik yang menunggangi isu agama (Islam non Islam), isu etnis (Cina), melibatkan sejumlah orang dan ormas yang menjadi ‘korban’ syahwat politik kelompok tertentu.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun