Mohon tunggu...
Hartono Tasir Irwanto
Hartono Tasir Irwanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Rasionalitas membawa pemikiran anda melangit. Moralitas membawa tindakan anda membumi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sosialisme Pancasila

23 Februari 2016   18:51 Diperbarui: 23 Februari 2016   19:09 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara akar kata, sosialisme berasal dari dua suku kata, yaitu socius dan isme. Socius merupakan kata dari bahasa latin yang berarti teman atau kita. Sementara isme berarti paham. Maka, secara istilah sosialisme adalah paham yang meyakini bahwa hak-hak sosial harus diutamakan di atas hak-hak individu. Sosialisme terbagi ke dalam beberapa bagian besar;

  1. Sosialisme Komunis, paham sosialis yang meleburkan hak milik individu atau privat ke dalam hak milik bersama. Adapun hak milik bersama tersebut diserahkan kepada instusi bersama yang bernama Negara.
  2. Sosialisme Anarkis, paham sosialis yang meleburkan hak kekuasaan individu atau kelompok tertentu ke dalam kekuasaan bersama. Hal ini berarti meniscayakan bahwa tidak boleh ada penguasa yang kemudian dapat mengklaim diri atau kelompoknya mempunyai hak untuk menguasai diri atau kelompok lainnya.
  3. Sosialisme Islam, atau lebih umumnya sosialisme keagamaan, merupakan paham sosialisis yang mengutamakan hak-hak sosial berdasarkan perintah Tuhan melalui utusan dan risalah-Nya.
  4. Sosialisme Nasionalis, merupakan paham sosialis yang menjunjung tinggi persaudaran kebangsaan sembari menolak campur tangan segelintir elit dan pihak asing dalam urusan kebangsaannya.


Segala pemikiran maupun gerakan yang mengutamakan milik bersama (sosial) di atas milik pribadi disebut sebagai Sosialis. Selain jenis sosialis di atas, terdapat pula jenis sosialis lain menurut Karl Marx dan Engels dalam Manifesto Komunis, diantaranya; Sosialisme feodal, yaitu paham sosialis yang masih berwatak aristokrasi (bangsawan) yang terpinggirkan oleh kehadiran kaum borjuis modern. Sosialisme Borjuis Kecil, yaitu paham sosialis yang berisikan pemodal-pemodal kecil yang tergerus posisinya oleh gerakan pemodal (borjuis) besar. Masih menurt Marx dan Engels, Sosialisme komunis merupakan sosialisme yang sesungguhnya. Suatu paham sosial yang cukup radikal dalam mencapai misinya, masyarakat tanpa kelas. Karena menurut mereka, kelas sosial yang menyebabkan ketimpangan sosial. Semua untuk semua, satu untuk semua, semua untuk satu. Itulah sosialisme komunis (Karl Marx & Friedrich Engels. Manifesto Komunis. 1848. 2014, hal 65).

Akar Sosialisme Dunia

Barat mengklaim bahwa akar sosialisme dunia bermula di Eropa pada awal abad 19. Gerakan itu berawal dari seperangkat upaya perubahan yang bertujuan untuk menanggulangi ekses sistem industri dan kapitalisme. Adapun 4 tokoh yang paling berpengaruh dari teori sosiologi yaitu Karl Marx, Max Webber, Emile Durkheim dan Simmel. Mereka sangat prihatin terhadap perubahan sosial besar dan berbagai masalah yang ditimbulkannya bagi masyarakat secara keseluruhan. Namun, di tangan Auguste Comte (1798-1857) sosiologi menjadi ilmu yang independen dan ilmiah. Ia mengembangkan pandangan ilmiahnya, yakni positivism atau filsafat positif (Geroge Ritzer. Teori Sosiologi Modern. 2014, hal 17).

Klaim Barat tentang akar sosialisme dunia harus buru-buru diklarifikasi. Karena jika melakukan studi komparasi dan telaah obyektif terhadap pelbagai referensi, gerakan sosialisme sudah dikenal di dunia Islam pada pasa pemerintahan Muhammad dengan konsepsi masyarakat madani-nya. Emansipasi hak-hak perempuan, kemerdekaan budak, dan utamanya kewajiban zakat merupakan bukti dari keberadaan sosialisme di Jazirah Arab pada abad ke 6 masehi tersebut. Pada literatur lain disebutkan, bahwa sosiologi sebagai suatu ilmu yang independen dan ilmiah juga telah dikenal dan diajarkan oleh sosiolog muslim yang bernama Ibnu Khaldun pada abad ke 14 di daerah Afrika Utara. Organisasi kemasyarakatan, kata Khaldun, adalah suatu keniscayaan. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan manusia lainnya. Tanpa kehidupan sosial, manusia akan menjadi mangsa binatang buas. Selain kehidupan sosial secara eksternal, manusia juga harus mengembangkan kehidupan sosial secara internal. Anarki merupakan kehidupan sosial yang justru merendahkan derajat kemuliaan manusia di bawah binatang. Karena binatang seperti lebah pun mengenali konsep kepemimpinan. Diperlukan organisasi kemasyarakatan yang dikelola oleh seorang pemimpin yang diakui oleh golongan manusia tersebut demi terwujudnya masyarakat beradab (Ibnu Khaldun. Muqaddimah. 2000, hal 74).

Akar Sosialisme Indonesia

Dalam catatan sejarah, terdapat beberapa periode yang menandai lahir dan berkembangnya sosialisme Indonesia, diantaranya;

  1. Gerakan Kaum Samin yang meletus di Jawa Tengah pada 1890. Samin pemimpin gerakan tersebut melakukan perlawanan terhadap pembayaran pajak dan menuntut kebebasan atas campur tangan kolonialis Belanda. Pengamat menilai bahwa inilah manifesto komunis murni pertama di Indonesia.
  2. Sosialisme Islam, lahirnya Serikat Dagang Islam pada tahun 1905, dan utamanya saat berubahnya nama dan orientasi organisasi tersebut. Dari Sarikat Dagang Islam menjadi Sarikat Islam, dan dari orientasi advokasi perdagangan pribumi muslim menjadi advokasi sosial-politik pada tahun 1912 yang diprakarsai oleh ketua umumnya saat itu, yakni Hadji Oemar Said Cokroaminoto.
  3. Berdirinya ISDV atau Serikat Sosial Demokrat Indonesia di Indonesia pada tahun 1914 oleh para aktivis sosialis Belanda dan pelajar serta tahanan pribumi di Belanda yang prihatin dengan rakyat di Indonesia. Pada dekade 1920, organisasi ini kemudian berubah nama menjadi PKI (Perserikatan Komunis Indonesia).
  4. Gerakan Nasionalis yang dipelopori oleh Tan Malaka dengan tulisan Menuju Republik Indonesia pada tahun 1926, Indonesia Menggugat karya Ir. Soekarno pada tahun 1926, Islam dan Sosialisme karya Cokromianoto pada tahun 1926, kembalinya Hatta dan Syahrir dari studinya di Belanda, dan maraknya organisasi-organisasi berbasis sosialisme Indonesia seperti PNI (Partai Nasionalis Indonesia), Partindo (Partai Indonesia), Perhimpunan Indonesia, dan lainnya (Jeanne S. Mintz. Muhammad, Marx, Marhaen; Akar Sosialisme Indonesia. 2003, hal 69).


Karakteristik Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia merujuk pada karakteristik sosialisme ala Indonesia. Gaya sosialisme Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding gaya sosialisme manapun yang ada di dunia. Pembeda tersebut berupa adat istiadat bangsa Indonesia dan akseptabilitasnya dengan kehidupan beragama. Adat istiadat yang dimaksud seperti falsafah gotong royong, musyawarah dan mufakat. Sementara kehidupan beragama yang dimaksud adalah animism-dinamisme, Hindu-Budha, dan Islam.

Globalisasi dan modernisasi memang banyak mengubah kehidupan bangsa Indonesia. Tetapi jika ada yang tidak bisa diubahnya, itu adalah gotong royong, musyawarah dan mufakat. Gotong royong adalah sikap tolong menolong dalam melakukan sesuatu. Misalnya dalam membangun irigasi pertanian, membangun rel kereta api, bangsa Indonesia sering melakukan kegiatan tersebut secara tolong menolong bahkan pembuatan rumah pribadi salah seorang warga. Musyawarah merupakan rapat warga desa dalam menyelesaikan suatu persoalan sosial tertentu. Meski di setiap desa terdepat sesepuh atau tetua adat sebagai pemimpin musyawarah, ia tetap memberikan hak dengar dan bicara kepada setiap lapisan masyarakat. Sedangkan mufakat adalah upaya untuk menyatukan aspirasi pada hasil rapat tersebut.

Di sisi lain, kehidupan keagamaan di Indonesia menjadi pembeda tersendiri dengan sosialisme ala Eropa. Dukungan Islam terhadap hak-hak sosial, perhatian kepada kaum fakir, miskin, dhuafa yang ditindas, merupakan bukti bahwa ajaran Islam dapat berkolaborasi dengan sosialisme Indonesia. Inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa dua kali PKI dibubarkan di tanah Indonesia, yakni pada tahun 1927 saat masa pra kemerdekaan dan pada tahun 1965 saat pasca kemerdekaan, yaitu karena sikap sosialisme komunis ala Rusia yang atheis dan menolak praktik hidup keagamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun