Apa yang kita lakukan, hanya akan sia-sia bila tidak meninggalkan jejak atau bekas proses dari apa yang kita lakukan. (Supartono JW.04122022)
Babak penyisihan grup Piala Dunia 2022 Qatar telah usai pada Jumat, 2 November 2022 hingga Sabtu, 3 Desember 2022 dini hari. Luar biasanya, tim Asia berhasil membuat bekas kelam bagi tim unggulan, sekaligus mencetak sejarah di Piala Dunia dengan mengirimkan tiga wakilnya ke babak 16 besar. Mereka adalah Jepang, Australia, dan Korea Selatan--meski pada akhirnya mereka harus angkat koper pada fase gugur.
Kuda hitam dan daya juang
Sebelum Piala Dunia Qatar datang, Jepang, Australia, dan Korea Selatan jelas dianggap sebagai tim kuda hitam. Arti dari kuda hitam adalah tim yang pada awalnya tidak terlalu mendapat perhatian namun berhasil memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap inti dari sebuah peristiwa bahkan sampai mengubah hasil atau akibat dari peristiwa tersebut. Tetapi, mereka nyatanya tampil sebagai kuda perang.
Mengapa Jepang, Australia, dan Korea Selatan mampu mengubah hasil dan membalilkkan semua prediksi di Piala Dunia Qatar, menyingkirkan tim-tim unggulan dan lolos ke fase gugur?
Catatan saya, mengamati jalannya setiap laga ketiga tim Pahlawan Asia tersebut, kuncinya adalah ada pada daya juang, tampil ngotot hingga titik darah penghabisan.
Daya juang inilah yang wajib menjadi teladan bagi tim-tim Asia lainnya, bahkan wajib pula merasuk pada jiwa-jiwa manusia di seluruh Asia, termasuk, manusia-manusia Indonesia, yang selama ini lekat dengan mental dan karakter yang melempem, sebab tertinggal pendidikan hingga kecerdasan intelegensi dan personality pun tercecer.
Sadar bukan menjadi tim unggulan. Sadar akan kekurangan dan kelemahan. Namun, ketiga tim ini meninggalkan jejak, bekas nyata dari hasil persiapan menuju Piala Dunia dengan mendeskripsikan setiap penampilannya dengan kecerdasan integensi dan personality yang luar biasa.
Semuanya tercermin dengan daya juang dan kengototannya. Tergambar dalam teknik dan speed-nya. Bahkan, speed atau kecepatan ketiga tim sangat merepotkan dan ujungnya mampu menggilas dan menenggelamkan nama-nama besar tim unggulan.
Jepang, Australia, dan Korea Selatan adalah contoh bahwa seluruh yang menjadi bagian dalam tim adalah para pribadi yang tahu diri, punya rasa syukur, tahu caranya berterima kasih kepada bangsa dan negaranya, kepada publik sepak bola Asia, sehingga membalasnya dengan penampilan teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) secara individu dan kolektivitas tim yang luar biasa. Di atas rata-rata.