Tidak merawat, tetapi gemar mengambil manfaat.
(Supartono JW.23102022)
Membaca di beberapa media nasional, yang pada Sabtu (22/10), Menko Polhukam, yang diberikan tugas sebagai Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan, Mahfud MD, menyebut bahwa bila Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan alias Iwan Bule bisa dianggap amoral jika tidak mengundurkan diri Pasalnya, Â desakan mundur dari jabatannya karena insiden Kanjuruhan, bukan persoalan hukum, tapi seruan moral. "Kalau enggak mundur, enggak apa-apa, tapi secara moral bisa dianggap tidak tanggung jawab, bisa dianggap amoral.... Itu seruan moral dijawab dengan moral. Kita enggak akan intervensi, kita tahu aturan," kata Mahfud.
Sebelum pernyataan Mahmud, saya sudah menulis bahwa PSSI melalui juru bicaranya justru pasang badan dan tetap percaya diri, tidak tahu malu, bersembunyi di balik kata-kata voters dan statuta. Lalu menyebut bahwa para pengamat dan publik sepak bola nasional adalah bagian dari PSSI dengan segenap kritik, saran, dan masukannya, agar fedrasi sepak bola Indonesia bernama PSSI menjadi lebih baik.
Karenanya, saya coba baca-baca lagi quote yang sudah saya tulis khususnya untuk mengkritik dan menyindir PSSI. Ternyata, quote-quote ini saya tulis di 2019. Pertanyaannya, dari kritikan melalui quote yang sudah saya selipkan dalam setiap artikel tentang sepak bola yang saya tayangkan di media, mana ya, quote yang sudah diakomodir dan ditindaklanjuti oleh PSSI?
Sudahkah ditanggapi PSSI?
 Coba simak quote pertama:
Sampai kapan organisasi sepakbola pembina usai dini dan muda terus lahir bak mata air tak terkendali, namun tak pernah lahir panduan formal tentang struktur fungsi dan kedudukannya, hingga kisah registrasi resmi dari federasi yang berafiliasi sampai basi?
(Supartono JW.12052019)
Apakah isi quote tersebut sudah ditanggapi oleh PSSI hingga tahun 2022 ini. Sampai terjadi tragedi Kanjuruhan, dan rekomendasi Ketua Umum PSSI dan jajarannya diminta mundur?