Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Citayam Fashion Week Produk Kreativitas dan Inovasi Anak Negeri, Jangan Dibiarkan Liar!

27 Juli 2022   22:09 Diperbarui: 28 Juli 2022   10:10 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah CFW, identik dengan Indonesia, menampilkan mode, yaitu ragam (cara, bentuk) yang terbaru pada suatu waktu tertentu (tentang pakaian, potongan, dll) dan gaya hidup (Bahasa Inggris: lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya di Indonesia?

Atau hanya sekadar menjiplak dan sekadar untuk gaya-gaya-an, untuk konten?

Bukti kesenjangan

Fenomena CFW adalah salah satu bukti tentang adanya senjang dan kesenjangan di Indonesia. Senjang artinya tidak simetris atau tidak sama bagian yang di kiri dan yang di kanan (tentang ukiran dan sebagainya), genjang, berlainan sekali, berbeda, ada (terdapat) jurang pemisah. 

Sementara kesenjangan adalah perihal (yang bersifat, berciri) senjang, ketidakseimbangan, ketidaksimetrisan, jurang pemisah (misalnya, antara si kaya dan si miskin semakin lebar).

Akibat adanya senjang dan kesenjangan inilah, fenomena CFW muncul, sebab ada sponsor medsos. Medsos menjadi sponsor yang multi. Menjadi media publikasi sekaligus media pemberi rupiah bagi para pelaku er-er-nya.

Setelah mendalami asal muasal CFW dan membaca literari dari berbagai sumber dan media massa, CFW muncul dan viral, tidak perlu syarat. Para pelakunya dari kalangan tidak mampu (ekonomi), tak berpendidikan tinggi, tak memiliki pendidikan/kursus sebagai modal atau belum pernah menjadi model. 

Menggunakan fasilitas umum dan tidak berizin. Menyalahi aturan protokol Covid-19. Membawa misi apa dalam fashion yang ditampilkan? Modenya asli karya anak bangsa? Menjiplak? Pakai tema dan tujuan? Berikutnya, siapa yang ada dalam CFW? Mengapa disebutnya harus CFW?

Ada gula ada semut, tak malu

Mirisnya lagi, keberadaan kreativitas dan inovasi CFW yang instan dan viral, ibarat peribahasa ada gula ada semut. Para artis, model, hingga para pemimpin daerah, pun ikut turun bercatwalk. Maaf, tidak malu. Apakah mereka menyadari bila keberadaan CFW sejatinya melanggar peraturan dan tidak berizin. Mereka pun mempertaruhkan harga dirinya, pendidikannya, jabatannya, dll.

Jujur, munculnya fenomena CFW membanggakan karena ada kreativitas dan inovasi yang selama ini identik miskin di Indonesia. Tetapi sedih, sebab CFW yang melanggar peraturan dan tidak berizin, tidak pula diketahui pasti siapa penanggungjawab acaranya atau pemilik acaranya, ternyata diserbu tokoh-tokoh publik, baik dari dunia hiburan maupun dari dunia politik untuk datang ke sana dan menjajal berjalan di catwalk jalanan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun