Bila cerdas, mudah berbuat licik.Tidak cerdas, sulit mengontrol emosi.
(Supartono JW.20052021)
Cerdas adalah sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya), tajam pikiran, sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat). Sementara, licik adalah banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang, licin.
Sudah jatuh, ditimpa tangga. Itulah peribahasa yang saya pikir tepat untuk di sematkan kepada Shin Tae-yong (STy). Sebab, nasib STy kontras dengan apa yang dialami oleh rekan sejawatnya dari Korea Selatan, Park Hang-seo (PHs) yang membesut Timnas Vietnam U-23.
Kasihan STy
Bila PHs terus diguyur nasib baik, karena menukangi sebuah Timnas yang diisi oleh para SDM pemain yang mumpuni dalam TIPS sepak bola hingga dapat mengantar ke babak final SEA Games Vietnam.2021, sebaliknya, sejak awal meracik Timnas Indonesia malah harus kembali melatih dasar-dasar bermain sepak bola kepada penggawa U-23 Garuda.Â
Malah, STy pun semakin tahu, bahwa para pemain yang dipilih atau disodorkan kepadanya, boleh dibilang rata-rata belum lulus rapor TIPS. Jadi, sebenarnya, jujur saya kasihan kepada STy, karena bisa jadi, nasibnya akan berujung sama dengan para pelatih asing yang pernah menangani Garuda.
Bila STy akan terus dipercaya dan kontraknya dilanjutkan untuk mengampu Timnas Indonesia, sepertinya nasibnya akan sama seperti pelatih asing yang pernah menangani Timnas Garuda. Sulit memberikan garansi prestasi tropi.
Persoalannya bukan pada kompetensi mereka yang kurang atau tak mumpuni. Tetapi, akar masalahnya karena ada pada SDM pemain sepak bola Indonesia sendiri. Sudah dipilih masuk Timnas, tapi rapor TIPSnya belum lulus. Sebab tidak terdidik dengan benar di sepak bola akar rumput hingga klub.
Saya juga ketawa, saat membaca di media ada pihak yang sok tahu. Menyebut STy belum tahu atau belum paham karakter pemain sepak bola Indonesia. Jujur, saya tertawa ngakaklah. Itu orang sok tahu bingit. Hi hi.
Saya kasihan kepada STy, dalam SEA Games kali ini, sampai ibarat dijatuhi tangga oleh para pemain di semi final karena ulah pemain yang kampungan. Kampungan dalam hal ini merujuk kepada tidak cerdas otak dan tidak cerdas emosi.