Sebelum laga, sudah saya tulis: "Bila sampai komposisi pemain tak sesuai, para pemain bermain tak cerdas TIPS, maka gawang Indonesia bisa jadi lumbung gol."Saya juga bilang: "Untuk itu, publik sepak bola nasional juga jangan terlalu menaruh ekspetasi tinggi pada Timnas U-23 untuk dapat menang. Menahan imbang pun, tentu tak mudah."
Ternyata, hasil laga, pasukan Shin Tae-yong (STy) benar-benar jadi lumbung gol oleh pasukan Park Hang-soe (PHs), sebab fakta-fakta yang dimiliki oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang rapor TIPSnya memang belum lulus.
Sebelumnya, saya juga menulis catatan bahwa Timnas Vietnam U-23, selain  unggul head to head, fakta sebagai tuan rumah, serta dihuni para pemain dengan nilai rapor teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) di atas rata-rata. Pun, PHs tak harus melatih teknik dasar bermain bola dan mengasah kecerdasan otak dan mental pemain, maka Vietnam tetap diunggulkan dan hasil laga, bila sesuai catatan matematis, akan ketat dengan skor 1-0 atau 2-1. Itu pun bila STy tak salah menurunkan komposisi pemain sejak awal dan pemain belakang tak bikin kesalahan sendiri.
Apa yang saya prediksi, pun menjadi kenyataan. Pasukan Timnas Vietnam U-23 ternyata mendominasi laga, unggul TIPS jauh, unggul penguasaan bola, dan gawang Timnas Indonesia U-23, benar menjadi lumbung gol.
Insaf, sadar, kalah lebih baik
Setelah digebuk Vietnam 3 gol tanpa balas. Apa sih yang harus disesali oleh Timnas U-23 atau PSSI atau publik sepak bola nasional? Kan sudah jelas, SDM pemain Timnas U-23 sejak awal sudah diidentifikasi tak lulus TIPS oleh STy, yang sampai jauh-jauh membawa penggawa Garuda ke Korea Selatan, tapi masih harus dilatih teknik dasar bermain sepak bola? Dan, harus meladeni Vietnam yang unggul segalanya?
Herannya lagi, STy yang tahu kondisi TIPS Â pemain asuhannya tak lulus TIPS, pun ikutan tak lulus TIPS dalam menurunkan komposisi pemain sejak menit awal. Tak perlu saya ulas di sini, di mana letak salahnya STy, publik sepak bola nasional yang sama-sama menonton laga, juga pasti lebih cerdas dalam menilai. Meski, hanya melihat apa yang terjadi di lapangan, tanpa tahu kondisi tim dan pemain yang sebenarnya sebelum diturunkan dan diberi kepercayaan merumput oleh STy.
Yah, menjadi penonton, memang mudah. Mudah menjadi penilai dan mudah menghakimi. Tetapi, faktanya, penonton dan publik sepak bola nasional memang sudah sangat paham benang kusut sepak bola nasional hingga berujung jebloknya prestasi Timnas Indonesia yang sangat konsisten.
Kapan PSSI insaf dan sadar? Benang kusutnya sudah diidentifikasi penyebabnya. Tapi tetap saja tidur dan tertidur, untuk membenahi masalah dari akarnya.
Mawas diri, bangkit
Bukti catatan matematis yang jauh tertinggal dari Vietnam, lalu terbukti dalam laga pun menjadi lumbung gol, saya pikir, hasil ini lebih baik disyukuri bukan disesali, agar STy dan pasukannya bisa mawas diri. Untuk kemudian bangkit dari ketidakcerdasan yang telah dilalui, demi menyongsong laga berikutnya, tapi dengan komposisi pemain yang tak jomplang kecerdasan TIPSnya.
Jadikan, laga tak cerdas versus Vietnam, cambuk untuk sadar diri, mengukur diri, tahu diri, rendah hati, sehingga muncul kecerdasan TIPS saat meladeni lawan-lawan berikutnya. Sebab, targetnya medali emas.