Mengapa kita sering menjumpai orang yang narsis dan suka memuji diri sendiri? Padahal orang yang narsis dan suka memuji diri sendiri itu, ibaratnya dapurnya sudah diketahui oleh orang lain. Dapurnya itu seperti kebiasaannya, karakternya, keadaan sosial-ekonominya, keadaan tingkat kecerdasan otak dan emosinya, hingga sampai ke bagian-bagian pribadinya.
Namun, meski orang lain sudah tahu latar belakang kehidupan aslinya, si narsis dan si tukang memuji diri sendiri itu tetap sangat percaya diri dengan aksi narsis dan memuji dirinya, hingga sampai menilai orang lain seolah jauh dalam berbagai hal dibandingkan dirinya yang tersendiri dalam sikap lisan maupun tulisan.
Gemes rasanya, melihat akting si narsis dan si pemuji diri sendiri, terus merasa bahwa apa yang telah diperbuatnya, bak pahlawan. Sementara orang lain hanya pecundang. Pasalnya, aksi si narsis dan si pemuji diri sendiri ini bahkan ditebar pesonakan dalam dunia maya, media sosial, hingga media massa.
Mengapa narsis dan memuji diri?
Mengapa ada orang yang suka narsis dan memuji diri sendiri, membanggakan diri sendiri? Coba mari kita kupas mengapa ada orang yang suka narsis dan suka memuji dan membanggakan diri sendiri.
Pertama, bisa jadi orang tersebut tidak ada yang mengingatkan atau menasihati. Sehingga setiap langkah sikap perbuatannya tidak ada saringan. Asal njeplak karena tidak ada yang mengerem. Bila si narsis dan si.pemuji diri sendiri sudah berkeluarga, seharusnya, keluarganya adalah pengingat dan penasihat, sekaligus berfungsi sebagai rem agar sikap narsis dan suka membanggakan dirinya ada yang menyaring dan terus mengawal.
Artinya, tukang narsis dan pemuji diri sendiri harus ada yang mengawal dan menyadarkan bahwa sikapnya tidak membikin orang lain merasa nyawan. Sebab orang lain juga sudah banyak yang tahu rahasia dapur atau latar belakangnya.
Jadi untuk apa narsis dan membanggakan dirinya sendiri hanya untuk kamuflase. Narsis berbeda dengan pede (percaya diri). Narsis lebih ke objek yang jadi kebanggaan, fisik, khususnya wajah. Sementara pede lebih ke kemampuan.
Sejatnya narsis bermakna mencintai diri sendiri, tetapi sekarang sudah mengalami pergeseran makna, yaitu perilaku yang senang membanggakan diri sendiri.
Kedua, seorang menjadi narsis karena demi menutupi kekurangan dirinya. Ketiga, seorang menjadi narsis karena tidak ada yang memuji. Ketiga, seseorang menjadi narsis karena sering dipuji. Jadi orang itu ketagihan dan saat dia butuh pujian tetapi tidak ada yang memuji, maka dia narsis dan memuji diri sendiri.
Mencegah tak narsis dan tak memuji diri