Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

76 Tahun Indonesia, Rasa Syukur dan Merdeka Sebenarnya

16 Agustus 2021   12:16 Diperbarui: 16 Agustus 2021   12:43 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibatnya, SDM Indonesia juga terus tertinggal dalam hal inovasi dan karya cipta khususnya di bidang teknologi di kancah dunia.  Buntutnya, rakyat bangsa Indonesia pun lekat dengan labeling sebagai bangsa pemakai produk bangsa asing.

Di sisi lain, bangsa ini juga terus tergantung dengan para tenaga ahli asing dan rakyat bangsa Indonesia sendiri terus langgeng duduk sebagai buruh. Mengapa kondisi ini terus terjadi? Apakah karena memang hal ini mengalir sesuai kodrat? Atau memang ada pihak yang merekayasa, bikin skenario dan penyutradaraannya?

Yang pasti, atas kondisi tersebut, maka dengan mengidentifikasi kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa nyata di Bumi Pertiwi ini, maka meskipun Indonesia sudah merdeka dari penjajahan kolonialisme, ternyata rakyat, serta bangsa dan negara Indonesia belum sepenuhnya benar-benar merdeka.

Sejatinya, bangsa dan negara ini masih terus akan dijajah oleh bangsa lain entah hingga kapan karena hutangnya. Bangsa dan negara ini pun masih akan terus terikat dan bergantung kepada negara lain karena berbagai hal. 

Sementara akibat bangsa dan negara yang masih terikat dan tergantung dengan bangsa lain, rakyat pun harus rela dijajah oleh para pemimpin negeri ini dengan peraturan dan kebijakan yang tak memihak rakyat. Selain itu, para pemimpin juga sibuk dengan ambisi kekuasaan, dinasti politik, hingga oligarki yang terus membelenggu mereka sendiri karena ada politik kepentingan. Korbannya, rakyat yang terus menderita.

Rakyat pun menjadi tak bebas dan leluasa bergerak, berekspresi, berkreasi, mengkritisi yang tak sesuai amanah, karena keadilan dan hukum pun dijalankan dengan tajam ke bawah, tumpul ke atas.

Benarkah merdeka sebenarnya?

Pada akhirnya, di usia 76 tahun Indonesia merdeka, kepada para pemimpin negeri, tolong dijawab sesuai hati nurani, apakah bangsa dan negara ini benar-benar sudah merdeka sesuai makna merdeka yang benar?

Kepada seluruh rakyat Indonesia, dengan hati nurani pula, benarkah selama ini sudah merasakan merdeka sesuai makna yang sebenarnya?

Merdeka yang sebenarnya memang wajib direbut dan diperjuangkan seperti yang dilakukan oleh para pahlawan kemerdekaan tanpa pamrih, bahkan dengan taruhan nyawa. 

Mustahil akan ada merdeka yang sebenarnya, bila di dalam perjuangannya untuk merdeka yang sebenarnya ada pamrih, ada keserakahan, ada ingin menguasai lebih, ada kepentingan sendiri/kelompok/golongan, hingga ada takut kehilangan yang bukan milik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun