Varian delta terbukti sangat berbahaya. Sebab, saudara saya, tetangga dekat, teman dekat, sahabat dekat, dll sudah merasakan ganasnya virus ini, sudah merasakan terpapar, isolasi mandiri, berjuang untuk dalam proses pengobatan, meski akhirnya ada yang menghadapNya.
Bahkan adik dan sahabat dekat saya, yang saya sebut pejuang sepak bola akar rumput, Rezza Mahaputra Lubis pun, dipanggilNya karena virus ini.Â
Hingga detik ini, saya masih tak percaya dan betul-betul kehilangan Rezza. Sebab, sebelum Rezza dinyatakan positif hingga Allah memanggilnya, komunikasi dan diskusi saya dan Rezza terus berlangsung intens via whatsapp maupun sambungan telepon.Â
Pagi atau siang atau malam, di saat saya dan Rezza sama-sama senggang, pasti kita manfaatkan untuk diskusi sepak bola akar rumput, kompetisi, PSSI, masalah corona, hingga humaniora, politik, dan pemerintahan yang minimal hingga satu setengah jam bercengkerama.
Kini, Rezza sudah tak ada karena corona. Tapi semangat perjuangan nyata dan pemikiran-pemikirannya, masih tetap abadi. Semoga Indonesia Junior League nantinya tetap ada penerusnya, meski nilai rasanya akan berbeda, IJL wajib tetap eksis untuk kawah candradimuka sepak bola akar rumput Indonesia.
Harapan saya, adik saya Dede Supriyadi dan pasangan duet sekaligus istri, Intan Fitriani, tetap sehat, hingga IJSL Â pun turut mengawal IJL yang telah ditinggal Rezza. Aamiin.
Liga 1 dan 2 digelar, akar rumput sabar,Â
Bila kini PSSI sudah menyatakan kompetisi Liga 1 2021/2022 akan dimulai pada 20 Agustus mendatang setelah berkonsultasi dengan Menpora, Zainudin Amali dan pihak Mabes Polri. Kemudian Liga 2 dan turunannya menyusul, maka, sepak bola akar rumput harus tetap bersabar.Â
Tidak ikut-ikutan aktif latihan hingga turnamen atau kompetisi dulu, sebelum situasi corona dengan varian delta aman dan terkendali.
Ikuti program vaksinasi. Pastikan semua anak dan orang tua yang terlibat dalam sepak bola akar rumput sudah memiliki sertifikat vaksin 1 dan 2. Dan harus diperhatikan, meski sudah vaksin, tetap saja ada yang terpapar corona, karena mengabaikan protokol kesehatan dan menyepelekan virus corona.
Masyarakat Indonesia, selama ini juga banyak yang sangat percaya diri karena pernah melakukan test corona dan hasilnya negatif. Padahal sifat test corona hanya berlaku untuk saat itu atau sebagai acuan paling lama 1x24 jam.