Benarkah esensi lockdown dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro, sama? Kira-kira esensi yang sama di bagian mana? Lalu, mengapa masih ada yang mempertentangkan? Artinya, masih ada yang menganggap dua hal tersebut tidak sama, bukan?
Pasalnya, faktanya, kasus corona di Indonesia terus berkembang. Naik, turun, naik lagi, begitu seterusnya. Ini adalah akibat dari benang kusut pencegahan dan penanganan Covid-19 yang sejak awal tidak pernah tegas dari pemerintah.Â
Buntutnya, rakyat pun terus abai, sebab banyak yang tak lagi peduli dengan apa pun kebijakan pemerintah. Bahkan, ketegasan pemerintah terhadap pelaku yang melanggar protokol kesehatan Covid-19, justru sangat tebang pilih. Ada yang diadili. Ada yang bebas meski melakukan pelanggaran yang sama.Â
Hukum yang tajam ke bawah dan menyasar pihak yang berbeda arah dengan pemerintah, justru nampak lebih tegas daripada ketegasan pemerintah dalam kebijakan pencegahan dan penanganan pandemi yang kini semakin mengkhawatirkan.
Klaster corona pun kini malah hampir seragam di seluruh tanah air, yaitu menyerang dan menyasar keluarga dan anak-anak dalam satu lingkungan.Â
Semakin masifnya klaster keluarga dan klaster anak-anak diserang corona, banyak pihak yang akhirnya mendengungkan kembali usulan dan masukan tentang tindakan tegas dari pemerintah pusat agar melakukan lockdown.
Karena fakta corona terus tak terkendali dan masyarakat dianggap tetap abai dan tak peduli itulah, maka banyak pihak yang mempertanyakan kembali sikap dan ketegasan pemerintah, karena menganggap PPKM berbasis mikro atau sebelumnya bernama PSBB, tak berhasil alias gagal.
Kesehatan dan ekonomi sama penting?
Sejak awal, banyak pihak memang sudah meminta pemerintah tegas mengambil tindakan lockdown. Namun, karena alasannya selalu ekonomi, maka jangankan melockdown rakyat Indonesia. Rakyat manca negara saja masih dibebaskan masuk dan ke luar dari Indonesia. Kebijakan mencla-mencle pun terus menjadi program unggulan.
Sementara, rakyat juga semakin tak jengah, tak malu-malu lagi untuk terus berbuat melanggar protokol kesehatan. Apa kondisi masyarakat yang terus abai ini hanya dikembalikan ke masyarakat lagi? Masyarakat yang sebelum corona sudah menderita, maka semakin nekad dengan sikap tak peduli dan abainya demi mencari dan mendapat makan.
Apakah benar, esensi lockdown dan PPKM berbasis mikro sama? Berarti ini mirip dengan analogi mudik dan pulang kampung (pulkam)? Tetapi, mudik dan pulang kampung, sempat diberikan pemahaman yang esensinya berbeda. Mudik terkait dengan pulang kampung di saat Idul Fitri, dan pulang kampung tak terkait Idul Fitri.