Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nadiem Mendikbudristek, Indonesia Diam?

29 April 2021   21:40 Diperbarui: 29 April 2021   21:43 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Indonesia terdiam. Sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (28/4/2021) melaluiKeputusan tentang pengangkatan Nadiem sebagai menteri yang tertuang dalam Keptusan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Pembentukan dan Pengupahan Kementerian serta Pengangkatan Beberapa Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024.

Di luar harapan

Luar biasa. Ternyata apa yang diperkirakan beberapa pihak dan yakin Nadiem Makarim akan direshuflle, ternyata tak terbukti. Padahal, nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim sangat-sangat santer dikabarkan menjadi salah satu nama yang akan 'ditendang' dalam kabinet Indonesia Maju.

Terlebih santernya isu, semakin bergerak liar, pasca Presiden Jokowi mengusulkan untuk melebur Kementerian Riset dan Teknologi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Usulan ini bahkan sudah mendapatkan lampu hijau dari parlemen. Apalagi, pendiri Go-Jek itu memang sudah sejak lama menjadi salah satu menteri yang paling banyak diminta diganti.

Harapan agar Nadiem diganti pun sudah ada survei, semisal dari Indonesia Political Opinion (IPO), yang dilansir oleh media nasional. Hasilnya, menunjukkan nama Nadiem berada di urutan teratas dari deretan menteri yang diminta diganti setelah 100 hari Kabinet Indonesia Maju bekerja.

Dari 1.600 responden, 42% menjawab perlu ada pergantian menteri, 36% menyatakan tidak perlu, dan 22% tidak menjawab. Dari angka tersebut, Nadiem Makarim berada di urutan ke 5 daftar menteri yang paling banyak diminta diganti.

Hasil survei  juga menunjukkan  bahwa masih banyak yang tidak puas dengan kinerja Nadiem, sehingga peluang reshuffle sangat terbuka.

Di luar survei tersebut, banyak pakar pendidikan, pengamat, dan praktisi yang menilai sosok Nadiem akan sulit dipertahankan usai peleburan kedua kementerian tersebut. 

Pasalnya, penilaian sepak terjang Nadiem selama menjabat sebagai mendikbud saja masih kewalahan dan terlambat sekali dalam mengurus pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Diketahui pendidikan dasar yang terus terpuruk, nampaknya sulit diampu Nadiem.

Penilaian lainnya yang juga sudah menjadi bahan perbincangan di media televisi dan media massa pada umumnya, Nadiem Makarim dianggap memiliki beberapa kesalahan fatal. Sehingga secara keseluruhan, kinerja Mas Nadiem wajib dievaluasi.

Di antara kesalahan yang bikin berbagai pihak meradang semisal, terbaru tak dicantumkannya Hasyim Asyari dan Gus Dur di Kamus Sejarah. Sebelumnya hilangnya frasa agama dalam peta jalan nasional pendidikan 2020-2035 dan hilangnya mata pelajaran Pancasila dan Bahasa Indonesia dalam PP No 57 tahun 2021.

Jauh sebelum kesalahan yang dianggap fatal tersebut, kinerja Nadiem Makarim secara substansi malah sudah disorot publik sehingga layak dievaluasi.

Tetapi bila ternyata Nadiem dipertahankan, lalu apa alasan kuat untuk terus mempertahankan Nadiem?

Nadiem Sowan Megawati

Di tengah isu reshuffle, sang menteri ternyata sempat sowan dan menemui Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Malah, pertemuan itu sempat diunggah dalam akun Instagram resmi Nadiem, lengkap dengan kisahnya:
"Ngobrol dua jam sama Bu Mega, diskusi strategi mempercepat Merdeka Belajar dan Profil Pelajar Pancasila," tulis Nadiem, dalam caption foto unggahannya itu.

Nadiem pun menjelaskan bahwa Ia banyak belajar dari pengalaman Megawati. Tak pelak, pertemuan yang disertai swafoto dan berlangsung di tengah kencangnya isu reshuffle kabinet, langsung membikin publik Indonesia menerka bahwa  ada apa-apa di balik sowannya itu.

Banyak pihak yang berpikir, karena Nadiem diisukan paling santer yang akan direshuffle, maka pertemuan dengan Megawati nampaknya jadi kontrak tersendiri karena posisinya tidak aman, hingga Presiden Jokowi tetap mau mempertahankan Nadiem dalam Kabinetnya.

Sandiwara politik elite partai di Indonesia, mau sebagus apa pun skenarionya, akan tetap mudah bagi publik membaca arahnya, terlebih aktor-aktor yang jadi pemerannya, juga sudah terukur kapasitas dan kompetensi aktingnya.

Malah, Nadiem memberi sinyal tentang belajar kepada Megawati di tengah isu reshuffle, sehingga publik pun langsung pesimis, Presiden Jokowi akan menendang Nadiem dari Kabinetnya, meski rapornya dianggap merah dan layak diganti.

Adegan Nadiem menghadap Megawati, diyakini publik juga tak lahir tanpa skenario di saat rapornya merah. Tetapi, meski rapor merah, dalam dunia politik, karena ada intrik dan taktik, serta siapa.yang berkuasa dan menjadi sutradara, tetap saja masih dianggap lulus. Berbeda di sekolah, bila siswa rapornya merah, dan merahnya di mata pelajaran yang regulasinya tak boleh merah, maka siswa mustahil lulus.

Berkah atau musibah untuk Indonesia

Teka-teki Nadiem akhirnya tak direshuffle, bahkan diberikan jabatan yang nambah, sungguh diluar pemikiran normal publik Indonesia.

Diyakini, pada akhirnya terjawab, sowannya Nadiem ke Megawati, benar menjadi bagian kontrak Nadiem tetap.berada di Kabinet plus jabatan baru, menjadi Mendikbudristek.

Jabatan Mendikbud saja dianggap bermasalah dan rapornya merah, kok Presiden malah kasih Nadiem jabatan lebih berat? Dan, jabatan itu adalah roh bagi kemajuan pendidikan Indonesia.

Apakah Jokowi sedang tidak berjudi dengan mempertahankan Nadiem, sementara pendidikan Indonesia terus terpuruk? Meski setelah dilantik, Nadiem bicara di Media bahwa riset dan teknologi sangat dekat di hatinya. 

Harus diingat, dunia pendidikan adalah melahirkan dan membentuk manusia Indonesia berkarakter dan berbudi pekerti luhur, bukan membentuk manusia komputer, robot, atau manusia online. Jadi, begitu Nadiem di lantik, Indonesia pun hingga kini terdiam.

Di media televisi ataupun media massa, hampir tak ada yang sampai detik ini membahas soal Nadiem tak direshuffle dan malah ketiban durian runtuh, jadi menteri mendikbudristek.

Dalam kolom komentar berita tentang pelantikan Nadiem di berbagai media, ada yang bersyukur bahwa jabatan basah tidak diberikan ke elite partai, tapi tetap di Nadiem. Pun tetap ada yang mengucapkan selamat dan tetap menyemangati Nadiem. Tapi, tak banyak yang bicara menilai tentang mengapa Nadiem masih dipertahankan.

Mungkin berbagai pihak, merasa tak penting lagi bicara menyoal Nadiem. Nadiem sudah di bela Megawati dan Jokowi, jadi percuma di bicarakan. Sehingga saya melihat situasi ini dengan analogi Nadiem tak direshuffle, INDONESIA DIAM.

Semoga dengan tetapnya Nadiem di kursi mendikbud dan ditambah ristek, jadi mendikbudristek menjadi berkah untuk Indonesia. Bukan musibah. Aamiin.

Tetapi bila akhirnya menjadi musibah, publik sudah pernah mengingatkan dengan data-data kepada Presiden Jokowi dan Megawati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun