Tepatkah kebijakan pemerintah melarang masyarakat untuk kembali tak boleh mudik lebaran tahun ini? Sebab, tahun lalu pemerintah pun memberlakukan larangan mudik lebaran yang diiringi polemik boleh pulang kampung.Â
Sehingga antara kata mudik dan pulang kampung pun ramai menjadi perbincangan berbagai pihak dan warganet.Kini, sebab sudah diwacanakan mudik tahun ini kembali dilarang oleh pemerintah, meski peraturannya belum ada, maka masyarakat dan pihak-pihak hingga stakeholder yang terkait erat dengan urusan mudik pun resah.
Akibatnya, di berbagai media massa muncul pemberitaan tentang penolakan masyarakat atas larangan mudik lebaran tahun ini dan dunia maya atau jagat media sosial dihebohkan dengan aspirasi warganet agar tetap mudik di tengah kebijakan pemerintah melarang kegiatan mudik 2021.
Bahkan ada media yang sampai menulis ada gerakan yang menyampaikan aspirasi warganet yang tetap ingin mudik. Sampai lahir template  bertuliskan pesan "Mudik Dilarang Kami Tetap Pulang, Lawan Pandemi dengan Silaturahmi: Fight For Freedom" yang diposting di sosial media Instagram.
Postingan itu tak pelak  langsung direspons oleh para netizen, dengan membuat foto dan template slogan. Banyak netizen berkomentar, ada yang pro dan ada yang juga kontra.
Namun, dalam beberapa kolom komentar di beberapa media, nampak warganet lebih banyak yang tidak berkesan dengan larangan mudik tahun ini dengan berbagai alasan.
Saat saya simak satu persatu berbagai berita yang mengangkat topik larangan mudik, ada yang kali ini menarik dan layak untuk diapungkan untuk dijadikan catatan sekaligus refleksi bagi pemerintah.Â
Pasalnya, peraturan larangan mudik lebaran tahun lalu saja, hingga kini masih membekas tak nyaman di hati masyarakat. Akibat dari sikap pemerintah yang tak tegas dalam mengawal jalannya peraturan larangan mudik lebaran, plus munculnya hal bias, mudik dilarang tetapi pulang kampung dibolehkan.
Namun, meski masyarakat menyadari bahaya virus corona dan memahami esensi larangan mudik, karena adanya sikap tak tegas dari pemerintah, bahkan sampai disebut mencla-mencle, saya setuju dengan adanya opini di media massa yang menyebut frase melarang itu menyakitkan.
Mudik yang sudah membudaya dan mentradisi di Indonesia, memang sudah menjadi bagian yang sangat berharga bagi rakyat Indonesia. Karenanya, bila tahun lalu, masyarakat terpaksa wajib mengikuti peraturan larangan mudik, ternyata tidak dengan pelarangan mudik tahun ini.
Coba perhatikan baik-baik aspirasi perlawanan ini: