Kok, Semarang bisa banjir separah itu? Kok, banjir di Indonesia merata? Ini loh, Peringatan dini cuaca di Indonesia dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan ada sejumlah wilayah di Tanah Air berpotensi banjir.
Sabtu, 6 Februari 2021 melalui laman resminya BMKG memprediksi banjir bakal terjadi di 25 provinsi terhitung mulai hari Minggu (7/2/2021) hingga Senin, 8 Februari. Kondisi ini disebabkan hujan lebat yang turun di wilayah tersebut.
Bahkan dilaporkan ada lima provinsi telah berstatus siaga banjir, yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kira-kira, bagi para tukang nyinyir dan bikin gaduh di negeri ini, membaca atau mendengar atau menonton informasi resmi dari BMKG itu tidak?
Sedih masih ada manusia yang nyinyir
Sedih rasanya melihat dan membaca masih ada manusia di Indonesia yang terus nyinyir karena Jakarta banjir. Sepertinya, manusia-manusia ini bukan hanya gelap mata, gelap hati, dan gelap pikiran. Namun lebih tepatnya mungkin bisa disebut buta mata karena tak membaca sejarah peradaban Jakarta sejak awal lahirnya.
Bisa juga disebut buta hati, karena yang ada di hatinya hanya rasa iri dan dengki karena yang kini menjadi penguasa Jakarta lawan dan seteru politiknya, hingga buta pikiran, nyinyir menjadi pekerjaan tanpa ada kesadaran akal dan budi pekerti.
Lihat, sebelum Jakarta yang jadi langganan banjir, Kalimantan banjir. Lalu  berbagai daerah di Indonesia saling susul menyusul dan kompak sama-sama banjir. Terbaru Semarang pun ikut-ikutan banjir sejak awal Februari hingga sekarang. Yang buta mata, hati, dan pikiran, lihatlah itu? Itu bukan Jakarta.
Coba yang "sok-sok-an" menyikapi dan mengomentari banjir Jakarta, seperti anak-anak kecil yang belum pernah bersekolah dan belum pernah membaca sejarah.
Bisanya "omdo" menyalahakan, menyudutkan, mencari kambing hitam, dan ujung-ujungnya hanya dimanfaatkan oleh pihak-pihak berkepentingan demi tujuan partai politiknya untuk saling menjatuhkan dan menggembosi lawan.
Bila para elite partai politik ini, sejatinya sangat paham mengapa Jakarta memiliki tradisi dan budaya banjir, tidak demikian bagi rakyat biasa yang seolah tetap buta dan tuli menyoal sejarah Jakarta yang sangat bersahabat dengan banjir.
Maka, di setiap sikap dan komentarnya yang terapung ke media massa maupun media sosial, jadi hanya sekadar berisi "sampah-sampah komentar yang tak cerdas."
Lihatlah Indonesia terkini secara utuh. Bandingkan dengan daerah lain di Indonesia, yang sangat jelas masih penuh hutan, ladang, dan sawah, yang semuanya penuh resapan air, daerah-daerah itupun tak urung dilanda banjir.