Ada rakyat yang masih lari dari masalah, ada yang kuat dan mampu selesaikan masalah, ada yang bekerjanya membikin masalah. Anda yang mana? (Supartono JW.22022021)
Hidup tanpa masalah, rasanya seperti masakan yang kurang garam atau kurang manis atau yang lainnya. Apalagi bila hidup lancar dan aman-aman saja, maka akan hambar. Â Terlebih hidup tanpa ada hambatan dan rintangan, seperti mengemudi mobil di jalan tol, tentu bisa terlena.
Karenanya, masalah sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahkan bagi beberapa orang, masalah dapat membuat mereka benar-benar menjadi petaka dan musibah atau justru dianggap sebagai ujian hingga merasakan arti kehidupan atau malah ada yang memanfaatkannya demi cuan, keuntungan pribadi dan kelompoknya.
Bagi yang menganggap masalah sebagai petaka, maka bila tak dapat mengendalikannya akan lari dari masalah, bahkan bagi yang tidak kuat sampai memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Bagi yang kuat menganggap sebagai cobaan dan ujian, hingga menjadi memahami arti kehidupan. Dan, bagi yang menjadikan masalah untuk cuan, maka tak akan memikirkan akibatnya bagi orang lain. Yang penting memikirkan keuntungan untuk diri dan kelompoknya.
Di zaman sekarang, terkait masalah, banyak orang yang masih hobi lari dari masalah, sebab tidak setiap orang bisa menghadapi segala masalah yang datang menghampirinya. Beberapa dari mereka justru lari dari masalah, sekalipun hanya dihadapkan dengan hal sepele.
Di sisi lain, malah banyak orang yang sengaja menutupi dan menyembunyikan masalah, sampai-sampai orang yang dianggap menjadi kunci masalah, dilenyapkan seolah sudah meninggal padahal mungkin masih hidup seperti kasus Harun Masiku.
Sementara banyak orang yang malah sengaja memancing dan memperkeruh suasana dengan terus memproduksi berbagai masalah hingga ada pekerjaan khusus yang bayarannya besar, tapi pekerjaannya mengadu domba, bikin kisruh dan terang-terangan bangga atas masalah yang dibuatnya.
Dia bernama influenser dan buzzer yang justru dipelihara oleh rezim, serta sebutan-sebutan rakyat Indonesia bernama cebong, kampret, dan kadrun yang hingga kini masih dianggap oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai pembawa masalah yang julukannya diciptakan oleh masing-masing lawan politik.
Lempar batu, sembunyi tangan
Secara wajar, banyak orang yang memang sengaja kabur dan menghilang untuk sementara waktu ketika seseorang dilanda banyak masalah tekanan, stres, dan kepanikan. Orang yang lari dari masalah punya kecemasan dan perasaan tidak mampu dalam menghadapi situasi yang ada. Cara yang paling mudah baginya, yaitu menghindari sumber tekanan dan masalah.
Ini sesuai kodrat manusia, yaitu keadaan mental dan tubuh manusia memang secara alamiah bereaksi untuk menghindari masalah (run) dan bagaimana cara mengakalinya menjadi penyelesaian (fight).