Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

+62 Sedang Banjir Betulan, Rehatlah Bikin Banjir Masalah!

20 Februari 2021   23:10 Diperbarui: 20 Februari 2021   23:29 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Banjir masalah di Indonesia sudah membudaya dan mentradasi, terutama sejak Pilgub DKI dan Pilpres 2014 hingga melahirkan julukan baru untuk rakyat seperti cebong, kampret, hingga kadrun.Siapa yang sejatinya sangat berperan besar dalam banjir masalah di +62? 

Tidak hanya lahir rakyat yang dijuluki cebong, kampret, kadrun, para pemicu masalah juga malah terus melundungi diri dengan julukan-julukan baru rakyat Indonesia dengan nama keren impor, yaitu influencer dan buzzer. Terus populer juga sebutan taipan dan cukong, melengkapi elite partai yang duduk di kursi parlemen dan pemerintahan.

Luar biasa, kolaborasi dari nama-nama lain dari rakyat Indonesia yang aslinya berangkat dan bernama rakyat jelata, menjadi lupa diri, terus aktif, kreatif, imajinatif, inovatif, hingga sangat produktif mencipta masalah, kisruh, gaduh, permusuhan, perpecahan, dan terus mengobok-obok hati dan pikiran rakyat dengan Undang-Undang dan kebijakan yang memihak kepentingan mereka sendiri di tengah penderitaan rakyat tak peduli sedang pandemi.

Bahkan saat kini, alam sedang dalam musimnya yang mustahil dapat ditolak oleh manusia karena sudah menjadi kehendakNya, dan BMKG hanya dapat membantu mengantisipasi dan mencegah suratan alam dengan cara kerja ilmiahnya untuk membantu rakyat yang hampir di seluruh Indonesia mengalami kejadian yang sama, yaitu banjir, tetap saja para pembuat ulah terus membuat banjir masalah. Bahkan banjir asli saja dijadikan komoditi masalah.

Banjir asli itu peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Atau perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Sebab dari curah hujan dan akibatkan volume air melebihu batas.

Manakah di NKRI, di 2021 yang malah dilimpahi banjir pertama kali? Apakah ada pihak yang menduga bila Kalimantan yang seharusnya masih hijau lebat, ternyata bisa banjir? Bukan Jakarta yang memang daerah rendah dan menjadi muara air dari wilayah di sekitarnya?

Tapi begitu kini Jakarta banjir, para biang kerok pun bak air bah, ikut naik ke permukaan air banjir memperkeruh suasana bencana dan mempolitisir sesuai dengan tabiat rakusnya. Mengapa wilayah sekitarnya yang juga banjir parah tidak jadi bahan politis? Mengapa Kalimantan banjir, para pembikin gaduh diam?

Atas kondisi ini, sampai ada masyarakat yang bilang bahwa banjir dan bencana alam ini ulah siapa? Bahkan bila si siapa yang hobi bikin banjir masalah, lalu juga mempermasalahkan banjir air, disuruh berdoa agar Indonesia terhindar dari bencana alam dan banjir, berkelakar, doanya malah tidak dikabulkan olehNya karena ulahnya selama ini.

Wahai penghobi bikin banjir masalah dan gaduh, serta permusuhan demi membela junjungannya di ranah politik, apa belum melek juga, sekarang Indonesia benar-benar banjir air. Setop dulu bikin banjir masalah, toleranlah sama air. Kasih lewat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun