Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Instan dan Budaya Gratisan dalam Sepak Bola Akar Rumput Kita

30 November 2020   10:26 Diperbarui: 30 November 2020   10:46 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW

Setali tiga uang, Liga Kompas Gramedia (LKG) pun juga masih harus menahan.diri karena situasi yang belum memungkinkan untuk bergerak dan berkompetisi seperti IJSL.

Di sisi lain, sepak bola akar rumput juga ada gairah baru, sebab akan lahir kompetisi baru bernama Jakarta League (JL) yang akan digulirkan awal Januari 2021. Mengakomodir pemain kelahiran 200/2009 dan 2005/2006, JL bertajuk Kompetisi U-13 dan U-15 dengan venue tetap di Lapangan Sintetis Mutiara Cempaka Jakarta.

Sayangnya, dengan wadah kompetisi liga swasta yang semakin lengkap, digarap dengan profesional dan terbukti saling berkolaborasi menghasilkan pemain nasional usia muda yang berkualitas, tetap tak dapat mencegah sikap negatif para pemilik/pembina, pelatih, dan para orang tua di masing-masing SSB/Akademi/Diklat yang tetap.menghalalkan segala cara demi menggaet siswanya tanpa melalukan pembinaan dan pelatihan yang benar.

Pendiri/pemilik/pembina tak bikin kacau

Harus diakui, semua peserta baik SSB/Akademi/Diklat yang terlibat dalam wadah kompetisi sepak bola swasta itu dapat "hidup" karena para orang tualah yang membiayai. Tanpa dukungan finansial dari para orang tua siswa, mustahil SSB/Akademi/Diklat dapat membiayai siswanya ikut berkompetisi.

Namun, karena kebutuhan pemain dan tim demi mengikuti kompetisi dan niat mencari prestasi, kini sudah mentradisi, sebuah SSB/Akademi/Diklat, pemilik/pembinanya menerima atau merekrut pemain "jadi" yang sudah di bina di SSB/Akademi/Diklat lain dengan iming-iming gratisan.

Siapa orang tua yang lantas merasa terbang ke awang ketika anaknya ternyata diminta gabung dengan tim SSB/Akademi/Diklat lain karena digaransi gratis, padahal kompetisi yang diikuti, wadahnya sama dengan kompetisi yang juga diikuti oleh SSB/Akademi/Diklat yang telah membina dan berjibaku sebelumnya. Dan, biasanya orang tua akan menggunakan seribu alasan meninggalkan SSB/Akademi/Diklat yang telah menampung anaknya demi bergabung dengan SSB/Akademi/Diklat yang menggaransi.gratisan.

Lebih miris, kini banyak bermunculan yang mungkin seperti Orang Kaya Baru (OKB), ada yang berasal dari trah sepak bola, ada yang sekadar tahu dunia sepak bola, pun banyak yang asing dari dunia sepak bola, gara-gara anaknya suka bola atau gara-gara untuk gaya-gaya an malah membentuk wadah SSB baru. Lalu, memaksakan diri dengan cara instan, merekrut siswa dengan iming-iming gratisan, pun merusak tatanan pembinaan, pelatihan, dan kompetisi yang diikuti oleh SSB/Akademi/Diklat yang sudah ada.

Sejak nama SSB diapungkan di Indonesia tahun 1999 secara resmi di bawah Direktur Pembina Usia Muda PSSI, Ronny Pattinasarani melalui Turnamen SSB perdana di Indonesia yang hanya dipilih 16 SSB terbaik di Jabodetabek, bernama Kid's Soccer Tournament 1999 di Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brojinegoro (GMSB) Kuningan Jakarta, hingga kini, saya mencatat berbagai SSB instan yang umurnya tak lama, karena pemilik dan pembinanya hanya sekadar gaya-gayaan, sekadar melayani anaknya, namun setelah anaknya lewat dari usia SSB, SSB instan yang didirikannya pun mati.

SSB pelopor masih hidup

Sebagai bukti, lihat 16 SSB yang dipilih oleh Ronny Pattinasarani masuk dalam turnamen perdana SSB di Indonesia oleh PSSI era kepemimpinan Agum Gumelar. Dari 16 SSB tersebut, di antaranya ASIOP, Bina Taruna, Mutiara Cempaka, Sukmajaya, Gala Puri, Bekasi Putra, Pelita Jaya, Jayakarta, BIFA, Pamulang, Harapan Utama, Bintaro Jaya, Bareti, Camp 82, Depok Jaya, dan Kemang Pratama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun