Corona memang terus merajalela, namun alhmadulullah, hingga kini klaster corona dari olah raga semacam sepak bola dan lainnya di Indonesia hampir tak pernah ada beritanya. Ironisnya, Justru kompetisi sepak bola di Indonesia dicekal dan banyak yang bilang, itu semua demi menyelamatkan PilkadaÂ
Luar biasanya lagi, meski kompetisi sepak bola Liga 1, 2, 3 dan turunannnya di setop, gairah sepak bola di tanah air terus membara, semakin meningkatkan imun dan kesehatan pelakunya.
Herannya, Covid-19 justru hari ini cetak rekor lagi saat Pilkada akan digelar sepuluh hari lagi. Padahal kompetisi sepak bola sudah di setop. Para pesepak bola yang terus aktif pun tetap sehat.
Namun, berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, pada Minggu (29/11/2020) di situs Covid19.go.id, ada 6.267 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 534.266 orang, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.Â
Kendati hari ini, pencapaian pandemi corona mencapai rekor tertinggi sejak wabah ini menjamah Indonesia, sebagian besar masyarakat tetap saja dengan sikapnya seperti selama ini, yaitu tetap beraktivitas seperti biasa seolah sedang tidak ada pandemi. Masih saja banyak pihak dan masyarakat yang abai terhadap proyokol kesehatan di luar para pelaku sepak bola.
Banyak pihak yang kena getah dan terus dijadikan "tiban" kesalahan. Bahkan ada yang terus dipersalahkan dan tetap konsisten dijadikan kambing hitam, dipojokkan yang pada ujungnya mudah dibaca hanya demi sebuah "kepentingan" pihak tertentu yang berseberangan dalam urusan politik.
Siapa yang sejatinya menjadi pemicu, mengapa Covid-19 terus merajalela di Indonesia? Siapa? Apa rakyatnya? Atau pemimpinnya? Lalu, apakah rakyat bisa memimpin dan menjadi acuan pengendalian corona? Lalu, pemimpin-pemimpin yang mana yang gemarnya mencari tiban kesalahan dan pemimpin yang mana yang lebih sering dijadikan biang kesalahan?
Kini, hanya sepuluh hari sebelum Pilkada, pandemi corona, kasusnya justru memecahkan rekor paling tinggi di Indonesia, setelah sebelumnya juga berkali pecah rekor dari rekor-rekor sebelumnya. Kira-kira, apakah Pilkada juga akan turut meramaikan pecah rekor-pecah rekor kasus Covid-19 berikutnya?
Bagaimana para pemimpin, pihak-pihak yang sering berseteru dan sukanya mencari kambing hitam dari kasus corona demi kepentingan terus memojokkan suatu pihak, menyikapi keadaan di provinsi lain Indonesia kini menjadi eposentrum baru Covid-19 di NKRI?Â
Setelah sembilan bulan corona merebak, provinsi DKI terus menjadi episentrum, yang bukan karena sebab DKI sendiri yang berbuat, namun DKI justru terkena getah akibat karena kehidupan Indonesia berpusat di Jakarta, bagaimana kita mau beropini dan berpendapat, saat tiba-tiba  Jawa Tengah (Jateng) menjadi episentrum baru Covid-19 dengan kasus aktif terbesar, memimpin pertambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia, menggeser Ibu Kota yang mencatatkan diri ada 2.036 kasus baru pada Minggu (29/11/2020)?
Jateng bukan DKI, namun mengapa bisa mengambil alih pimpinan klasemen rekor episentrum corona di Indonesia? Karena Liga Sepak bola sedang dilarang.
Kira-kira apakah Jateng akan segera menjadi kambing hitam dan tiban kesalahan baru seperti selama ini selalu terjadi kepada Jakarta dan pemimpinnya yang terus dipersalahkan?
Bagaimana bila Pilkada juga akan meramaikan Liga Corona berikutnya di Indonesia? Sebab bukan mustahil setelah pimpinan klasemen Liga Corona di Indonesia terus dipegang Jakarta sebagai episentrum, kini Jateng mengambil tahta pimpinan Liga Corona di nusantara menjelang hari H Pilkada. Kira-kira apakah DKI akan kembali mengambil alih pimpinan klasemen? Atau malah provinsi lain, juga akan ikut mencicipi menjadi pemimpin Liga Corona dan menjadi episentrum baru setelah DKI dan Jateng?
Kira-kira, siapa  yang kini akan dicaci atau dipuji dari perubahan komposisi episentrum corona di Indonesia?Â
Pandemi corona kini disebut sedang memasuki fase gelombang kedua di dunia. Berbagai negara juga kini kembali mengetatkan pencegahan corona yang di 2021 pun belum tentu mereda.
Bagaimana dengan Indonesia yang justru akan segera menggulirkan Liga Pilkada. Padahal "Liga Corona dalam Kehidupan Biasa" saja kini telah menghasilkan pengkudeta pimpimpinan klasemen baru, setelah Jateng merebutnya dari tangan DKI.
Adakah pemimpin kita tergerak hatinya dengan berbagai peristiwa menyangkut komoditas corona untuk kendaraan berbagai kepentingan dan kepentingan?
Dari sisi sebelah mana lagi, ada wawasan dan pandangan yamg dapat membuka mata hati serta pikiran agar corona benar-benar dapat dijinakkan di Indonesia? Semua seolah dikorbankan demi Pilkada, namun belum lagi Pilkada bergulir, berbagai situasi dan peristiwa pun tetap membuat kasus corona kembali memecahkan rekor baru, pun episrntrum baru.
Dari sisi sebelah mana lagi, harus menyadarkan kita semua, bahwa corona tetap terbudidaya, berkembang biak, dan beranak pinak.Â
Semoga setelah Jateng mengkudeta DKI, jangan ada lagi provinsi di Indonesia yang saling mengkudeta demi memimpin menjadi episentrum baru Liga Corona di Indonesia saat Liga sepak bola dilarang berputar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H