Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akibat Corona, Grup WA Memudahkan Orang Lain Memahami dan Mengenal Karakter Diri Kita

8 November 2020   16:40 Diperbarui: 8 November 2020   16:50 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW


Menjadi anggota grup wa, orang lain dapat menilai dan mengukur kita hanya dari tutur bicara saat komunikasi di grup. Hadirnya corona, ternyata semakin membuka mata dan dapat menunjukkan karakter orang-orang yang cerdas intelegensi, emosi, berpendidikan, berbudi, rendah hati.

Salut kepada masyarakat di berbagai lapisan dan golongan. Dari rakyat biasa hingga rakyat "tak biasa", ternyata tetap mampu menjunjung silaturahmi meski pandemi corona masih merajalela bukan hanya di Indonesia, namun di seluruh belahan dunia. Sebab sejak Covid-19 berpandemi, hingga kini setiap negera masih berkutat menangani virus mematikan ini.

Silaturahmi adalah tali persahabatan, persaudaraan. Kendati ada corona, dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan dengan menjaga jarak atau self distancing dan self isolate di rumah, maka persahabatan dan tali persaudaraan tetap terjalin, kendati kebutuhan formal  masyarakat berbagai lapisan seperti belajar, bekerja, dan beribadah masih di rumah sesuai kebjiakan PSBB masing-masing daerah di Nusantara.

Namun, kegiatan olah raga di berbagai bidang, khususnya.yang menggunakan lapangan terbuka seperti bersepeda, sepak bola, dll bahkan sudah dilakukan secara normal, karena justru menambah imun para pelakunya.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada umumnya tetap tak kehilangan cara agar tetap dapat bersilaturahmi dengan yang lain meski masih berada di tengah pandemi corona, terlebih zaman sudah era digital, sudah zaman media sosial, yang tetap dapat menghubungkan sesama meski via dunia maya, internet.

Meski di tengah corona, masyarakat tetap dapat bersilaturahmi melalui telepon dan video call. Silaturahmi bisa secara daring (online) dengan keluarga, teman, sahabat, saudara, rekan kantor, rekan perkumpulan, rekan klub olah raga dll.

Selain bersilaturahmi melalui telepon atau video call, juga dapat melalui media sosial seperti whastapp (wa) dan lainnya.  Dan, wa bisa dijadikan media silaturahmi yang paling efektif dengan banyaknya grup-grup wa berbagai jenis kepentingan dan tujuan.

Grup wa andalan komunikasi dan silaturahmi

Grup wa harus diakui menjadi media paling efektif sejak sebelum dan sesudah hadirnya corono. Bahkan, sejak corona hadir, grup wa sangat diandalkan menjadi grup keluarga, grup RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan seterusnya. Sangat diandalkan oleh instansi, institusi, perkumpulan, klub dan lain sebagainya sebagai sarana komunikasi sekaligus silaturahmi.

Namun, meski ada grup wa, banyak orang-orang yang di masa pandemi ini ternyata jadi terlihat karakter aslinya. Karakter yang mementingkan diri sendiri. Bahkan meski ada dalam grup yang sama dan menjadi angggota grup, orang-orang yang berkarakter mementingkan diri sendiri biasanya akan tetap tak berempati, tak peduli, dan tak tergerak hati pada apa yang terjadi. Padahal bila di dalam grup tak mau bertegur sapa alias bersilaturahmi secara terbuka, masih ada cara silaturahmi melalui jaringan pribadi (japri).

Lebih menyesakkan, sudah kedua cara baik komunikasi di grup maupun japri tak dilakukan, saat grup melakukan pertemuan langsung tatap muka dengan protokol kesehatan pun, tetap tak bergeming. Tak hadir, tak ada info di grup, apalagi japri sekadar memberi info dan kepastian kepada admin atau penanggungjawab grup.

Inilah fenomena dalam grup di media sosial seperti wa yang sudah terjadi sebelum corona datang. Maka, begitu corona datang, sikap dan karakter anggota grup yang biasa tak berempati dan tak bersimpati jadi tambah subur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun