Tentara Nasional Indonesia (TNI), hari ini, Senin, 5 Oktober 2020, memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-75. Di hari jadinya yang ke-75, masyarakat berharap agar TNI tetap konsisten pada fungsi, tugas, dan tanggungjawabnya kepada Ibu pertiwa, tidak seperti "yang lainnya" yang kini telah banyak berubah fungsi, tugas, dan tanggungjawabnya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena telah tergerus menjadi "alat/patner" politik.
Hari jadi ke-75 TNI di tengah pandemi Covid-19, masyarakat juga mengapresiasi  rangkaian kegiatan sederhana yang telah TNI lakukan hingga puncaknya, Peringatan HUT Ke-75 TNI secara virtual di Istana Negara, Jakarta.
Seperti telah terpublikasi di berbagai media nasional, sebelum acara puncak di Istana Negara, TNI telah menggelar beberapa serangkaian kegiatan. Mulai dari donor darah, pembagian sembako, lomba bersepeda, dan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Kalibata.
Untuk donor darah, telah dilakukan serentak mulai tanggal (22/8/2020) juga digelar di 86 instansi TNI seluruh Indonesia dengan 1.000 peserta. Sebelumnya, sejak 4 sampai 21 September 2020 juga telah dilaksanakan donor darah di 100 kantor PMI di seluruh Indonesia.Â
Sementara, kegiatan pembagian sembako, TNI mengerahkan sebanyak 20 Babinsa, 20 Babinpotmar dan serta 20 Babinpotdirga. Bantuan sembako diberikan kepada masyarakat kurang mampu.
Rangkaian kegiatan dalam rangka HUT, sangat mencerminkan bahwa TNI memang ada untuk rakyat dan NKRI.
Di hari jadi yang ke-75, harapan agar TNI tetap konsisten pada fungsi, tugas, dan tanggungjawabnya untuk NKRI, ada harapan yang sangat menarik dari Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, seperti saya kutip dari Antara, Senin (5/10/2020).
Susaningtyas berharap di HUT ke-75, TNI dapat meningkatkan kemampuan dan persenjataannya menghadapi ancaman hibrida, yakni ancaman senjata kimia, biologi, radiasi, dan nuklir.
Melalui peringatan HUT ke-75 ini, TNI diharapkan segera meningkatkan kemampuan dan persenjataannya untuk menghadapi ancaman CBRN (chemical, biology, radiation, and nuclear).Â
Ini dikenal sebagai ancaman hibrida dan telah mengubah perspektif ancaman di masa mendatang, di luar tantangan dalam menanggulangi bencana non-alam, yakni pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 merupakan ancaman nirmiliter, yang berbeda dengan ancaman militer dan ancaman nonmiliter. Â
Apa yang menjadi harapan Susaningtyas, memang sangat aktual dan TNI memang wajib siap dalam menghadapi ancaman senjata nuklir, senjata kimia, dan senjata radiasi juga memiliki skala tinggi untuk dideteksi dan ditangkal. Karenanya, senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh TNI.