Seorang reporter, mengarahkan mic ke seseorang. Adalah Pak Sugeng, seorang PNS. Ia diwawancarai. Pak Sugeng begitu gembira mendengar kabar, gajinya akan naik. Tidak tanggung tanggung, ia akan memperoleh gaji hamper dua kali lipat, dibandingkan, yang ia terima sebelumnya. Sederet list, sudah ia buat. List, untuk bisa membeli apapun, dengangajinya yang baru. List untuk menambah kredit motor, sekalipun di rumahnyatelah ada 3 buah sepeda motor. Bahkan, sang istri, punya rencana untuk mengajukan inden sebuah mobil baru: gres! Horee.. gaji PNSnaik, teriak orang orang berbaju PNS itu.
Tangan saya memegang remot tivi. Saluran saya ubah ke satasiun lain. Sebuah berita, pemerintah tidak bisa me-mediasi buruh dan pengusahauntuk sebuah urusan kenaikan gaji. Kondisi jalan macet. Dimana mana macet. Karena buruh turun ke jalan.Kenaikan yang diminta, mungkin tidaklah besar. Mungkin prosentasenya, tidak sebesar kenaikan PNS –yang menakjubkan.
Lalu apa hubungannya, yang satu ( baca : PNS ), bisa naik berkali lipat gajinya. Yang buruh, gagal naik berkali lipat. Urusannya sederhana. PNS digaji oleh dan dari uang (atas nama) rakyat. Logikanya kontrol menjadi lemah. Siapa yang bisa mengontrol kekuasaan ? Kekuasaan adalah ketamakan ambisi yang didasarkan nafsu. Demikian, ungkap filsuf Leo Tolstoy. Alhasil, siapa memegang uang rakyat, entah dari pajak ataupun hutang luar negeri, silahkan untuk mengambil kebijakan yang menguntungkan dirinya. Bisa jadi menguntungkan kelompok. Bisa jadi pula untuk password pemenangan politik masa datang.
Sementara, gaji buruh gagal naik. Buruh lebih dikontrol oleh majikannya. Hubungan buruh majikan adalah hubungan ekonomi. Berarti, ini hubungan produktif yang dikontrol. Apakah hubungan ini menjadi lebih produktif dibandingkan dengan PNS ?Yang dalam liputan John Pantau (satu program tv nasional) ternyata PNS sejakpagi datang ke kantor : Cuma absen, setelah itu belanja ke pasar, cuci mata di mall, atau justru malah main game di komputer kantornya ?
Ternyata ada begitu banyak ganjalan di bangsa ini. Apakah ini menyangkut rasa keadilan ? Ataukah uang ? Karl Marx mengatakan, bahwa uang telah meningkatkan rasionalisasi hubungan antar manusia. Namun uang juga menciptakan keterasingan dan bencana .
Akankah memang seperti ini ?Kasus mega korupsi di bangsa ini juga berakar dari uang : yang asing dan menciptakan bencana itu ? Kasus korupsi tingkat teri dan kakap seolah menjadi aib, bahwa justru yang punya modal besar dan akses dialah yang berpeluang.
Lalu, channel tivisaya pindah. Nah ini malah menarik. Acara musik. “Angie, masih adakah uang di mantel-mu “ … suara Mick Jagger dari kelompok musik The Rolling Stones melantumkan lagu Angie. "And Angie...beautiful..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H