Dermaga kecil itu begitu memikat hati. Oh, bukan karena keindahan konstruksinya. Bukan pula karena pesona kapal-kapal kecil yang berlabuh di situ. Bukan itu! Tapi inilah salah satu spot terbaik menyambut pagi di tepi Danau Wakatipu. Ataupun kala menemani senja pulang ke peraduannya.Â
Lobi hotel Novotel Lakeside tampak sangat sepi. Bahkan resepsionis hotel pun tidak terlihat. Pun area di sekitar hotel bak masih berbalut selimut malam. Kota kecil ini seakan enggan bangun dari tidur lelapnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 5.30 pagi. Waktu setempat di Queenstown!
Setelah sekali lagi memeriksa isi tas kamera. Memastikan tak ada satu pun yang tertinggal di kamar hotel. Kamera, lensa, filter, tripod, dan sebagainya. Saya pun melangkah ke luar hotel. Menembus pagi nan dingin menuju The Main Town Pier. Dermaga kecil yang sudah sempat saya lihat di sore sebelumnya.
Dermaga di pusat kota Queenstown itu berada di seberang Eichardt's Private Hotel. Tidak terlalu jauh dari hotel Novotel, tempat saya menginap di kota itu. Atau hanya berjalan kaki sekitar lima menit. Menyusuri Marine Parade, kawasan pejalan kaki di tepi Danau Wakatipu.
Menurut catatan sejarah, The Main Town Pier ini sudah dibangun pada tahun 1860-an. Awalnya, hanya digunakan sebagai dermaga kapal uap yang beroperasi di seputar danau. Mengangkut apa saja dari satu sisi ke sisi lain di danau cantik ini. Dari manusia, ternak peliharaan, hingga aneka barang lainnya.
Tetapi, setelah direnovasi, dermaga ini mulai digunakan sebagai lokasi beberapa atraksi wisata. Di antaranya, Time Tripper yang menawarkan pengalaman bawah laut satu-satunya di Queenstown. Dan tentu saja sebagai dermaga K Jet, yakni salah satu operator jet boating ternama di Queenstown.
Ah, rupanya saya tiba paling pertama. Sedikit kepagian. Lupa mengecek sekali lagi aplikasi sunrise & sunset di gawai. Di musim semi, yang berlangsung antara September-November di belahan bumi selatan, matahari memang agak malas bangun pagi. Di medio September kala itu, sunrise baru muncul pada pukul 07.15.
Namun, tidak mengapa. Seperti filosofi orang Jawa yang selalu mengambil sisi positif dari setiap peristiwa. Pasti ada untungnya! Dan benar saja! Karena tiba paling pagi. Saya pun sejenak menikmati dermaga itu sendirian. Bisa memotret sebebasnya, tanpa gangguan apapun. Bak milik pribadi saja!
Dermaga kecil ini memang spot favorit banyak fotografer. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai 'spot sejuta umat'. Suatu istilah yang menggambarkan betapa populernya lokasi foto itu. Seakan semua orang pun tidak mau ketinggalan berfoto di situ. Dengan latar belakang tiga sisi danau.
Tidak sepenuhnya salah. Kala matahari mulai menanjak tinggi, kawasan sekitar dermaga ini akan semakin ramai. Apalagi ketika turis-turis dari berbagai hotel di sekitarnya mulai mendatanginya. Tapi tidak demikian di pagi subuh. Hanya pecinta pagi dan fotografer yang tahu persis waktu terbaik menikmati pesonanya.Â