Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kala Airlines "Boleh" Delay, Tetapi Penumpang Jangan Sampai Telat Check-in

29 Agustus 2022   07:23 Diperbarui: 30 Agustus 2022   08:44 1487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jadwal pesawat yang delayed. Sumber: shutterstock via www.thejakartapost.com

Jumat pagi lalu, saya kembali ke Yogyakarta melalui Terminal 2, bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Beberapa jam sebelumnya, sebuah pesan pendek dari sebuah maskapai yang saya gunakan menuju Yogya itu mengingatkan kembali akan waktu keberangkatan. Penerbangan akan sesuai jadwal pada jam 08.50. Bahkan setelah check in pun, jadwal yang tercetak di boarding pass tetap tidak berubah. Akankah tepat waktu?

Perjalanan udara di Indonesia memang kerap dilanda ketidakpastian soal waktu keberangkatan. Kosakata delay yang dalam bahasa Inggris berarti penundaan pun telah begitu akrab di telinga kita. Bukan hanya penumpang berdasi yang tahu artinya. Tetapi, mayoritas penumpang pun telah mengerti dengan baik arti kata yang paling tidak disukai itu.

Pada Rabu malam lalu, sebuah artikel yang ditulis Kompasianer David S. Silalahi dengan gaya humor membuatku ikut tersenyum. Senyum pahit. Pasalnya, Bang David yang hendak ke Kualanamu itu tidak hanya mengalami penundaan. Tetapi, pintu boarding pun berubah sampai tiga kali!

Begitulah memang nasib penumpang transportasi udara di tanah air. Apalagi yang berhubungan dengan sebuah maskapai penerbangan yang seolah identik dengan kata delay itu. Dan lebih luar biasa lagi, penundaan ini kerap tidak diumumkan. Penumpang pun dibiarkan duduk di ruang tunggu dalam ketidakpastian.

Namun, pengalaman Bang David barangkali dianggap masih cukup beruntung oleh sebagian penumpang lain. Hanya delay, Bang! Pada ujungnya toh masih terbang juga. Bagaimana kalau pesawat tersebut justru sama sekali tidak terbang? Itulah pengalaman pahit yang dialami oleh Kompasianer Maestro Tjiptadinata Effendi.

Beberapa waktu lalu, ketika berencana ke Padang, maskapai dengan kode penerbangan QZ secara mendadak membatalkan jadwal penerbangan Jakarta - Padang. Pembatalan sepihak itu jelas merugikan Pak Tjiptadinata yang sudah membeli tiket secara online untuk rute tersebut. Apalagi usaha telpon ke call centre hanya dijawab oleh mesin penjawab. Terlalu! 

Ilustrasi jadwal pesawat yang delayed. Sumber: shutterstock via www.thejakartapost.com
Ilustrasi jadwal pesawat yang delayed. Sumber: shutterstock via www.thejakartapost.com

Cerita penundaan keberangkatan pesawat domestik seperti itu sebetulnya sudah sangat sering terdengar sejak lama. Akan tetapi, tampaknya tidak banyak usaha demi perbaikan di aspek on time performance itu. Well, boleh jadi karena airlines tersebut sangat percaya diri. Maklum tidak banyak saingan, Bung!

Meskipun sudah sangat banyak keluhan, tapi lihat saja kinerjanya secara penjualan. Tetap saja paling kinclong dibandingkan semua pesaingnya. Konter-konter check in perusahaan penerbangan itu selalu ramai dipadati ribuan calon penumpang setiap hari.

Tidak hanya Bang David yang kecewa dengan penundaan pesawatnya. Pada awal November 2021 lalu, saya mengalami hari yang sama mengecewakan. Pesawat dengan nomor penerbangan ID-6880 yang seharusnya berangkat pada jam 06.00 pagi menuju Kualanamu, Medan, ditunda menjadi sore hari.

Kacau! Rencana saya ke Danau Toba bersama sebuah komunitas fotografi bisa gagal total. Saya memilih terbang pagi dengan pesawat itu karena harus berkumpul di bandara Kualanamu pada pukul 10 pagi. Jika baru tiba sore hari, sudah pasti ditinggalin sama grup.

Lebih mengesalkan, informasi penjadwalan ulang (reschedule) ini baru diberikan kurang dari satu hari sebelum keberangkatan. Ketika opsi penerbangan yang masih tersedia jelas semakin terbatas dengan harga yang sudah melambung tinggi.

Saya memang akhirnya ditawarkan terbang dengan pesawat lain dari grup maskapai yang sama, setelah datang langsung ke kantor pusatnya di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Tetapi, terpaksa menerima di-downgrade. Dari pesawat yang termasuk kategori "Full-Service Airlines" ke "Low Cost Airlines".

Ilustrasi sebuah pesawat yang bersiap boarding di Terminal 2 Soetta. Sumber: dokumentasi pribadi
Ilustrasi sebuah pesawat yang bersiap boarding di Terminal 2 Soetta. Sumber: dokumentasi pribadi

Jika penundaan sampai perubahan jadwal di atas saja sangat merugikan, sebuah pengalaman lain yang tidak hanya merugikan tetapi sangat melelahkan baru saja saya alami beberapa waktu lalu. Persisnya pada tanggal 12 Agustus 2022 lalu ketika hendak berangkat ke Penang, Malaysia.

Tiket yang sudah dibeli jauh hari sebelumnya dari sebuah situs penjualan tiket terkenal telah mengkonfirmasi jam penerbangan yang sesuai kami inginkan. Dan sesuai jadwal, kami awalnya direncanakan berangkat ke Penang pada jam 11.35. Jam ideal. Berangkat tidak terlalu pagi dan tiba masih sore.

Akan tetapi, sehari sebelumnya, sebuah email dan pesan pendek via telepon genggam mengabarkan penundaan jadwal keberangkatan ke Penang. Jadwal baru pesawat dengan nomor penerbangan QZ-226 itu berubah menjadi jam 17.10 sore. Dan perkiraan tiba di Penang sekitar jam 20.35. Wah, makin malam saja nih. Tapi sudahlah, tidak ada pilihan lain.

Rupanya perubahan ini masih terus berlanjut. Masih di hari yang sama, kembali masuk informasi soal penundaan pesawat milik maskapai ternama yang menyandang status sebagai "The World's Best Low Cost Airlines" dari perusahaan pemeringkat Skytrax.

Jadwal keberangkatan terbaru disebut menjadi jam 19.50. Alamak! Artinya, kami bakal tiba menjelang tengah malam. Beberapa rencana setiba di bandara Penang pun sudah diprediksi tidak akan bisa dilaksanakan. Dan ternyata perubahan ini pun masih belum berakhir.

Pesawat yang telah begitu lama dinanti akhirnya terbang juga menjelang tengah malam. Jauh di atas semua jadwal keberangkatan yang telah disampaikan sepanjang dua hari terakhir itu. Bisa dibayangkan betapa melelahkan menanti dalam ketidakpastian itu. Apalagi bagi penumpang luar kota yang harus menanti jauh lebih lama di Terminal 3, bandara Soekarno-Hatta.

Lalu apakah ada kompensasi yang diberikan maskapai yang melakukan penundaan itu?

Ada kawan! Dapat nasi kotak dan sebotol air mineral. Hahaha. Tragis! Padahal, sejatinya sudah ada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 89 Tahun 2015 tentang "Penanganan Keterlambatan Penerbangan (Delay Management) pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia."

Bahkan perincian kompensasinya demikian jelas dalam Peraturan Menhub ini. Coba saja baca Bab V tentang "Pemberian Kompensasi dan Ganti Rugi". Keterlambatan pada kategori 5, contohnya, yaitu keterlambatan lebih dari 240 menit (4 jam). Kompensasinya berupa uang sebesar Rp 300 ribu per penumpang.

Ilustrasi penumpang check in di salah satu konter airlines di Terminal 3. Sumber: dokumentasi pribadi
Ilustrasi penumpang check in di salah satu konter airlines di Terminal 3. Sumber: dokumentasi pribadi

Sayang sekali implementasi atas peraturan ini sepertinya tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Dari penundaan ke penundaan, kompensasi yang diberikan tidak pernah jauh dari makanan ringan dan air mineral sampai makanan berat atau populer disebut nasi kotak.

Memang harus diakui bahwa kebanyakan penumpang pesawat di Indonesia termasuk tidak banyak menuntut. Bahkan kala terjadi penundaan keberangkatan yang hanya beberapa puluh menit pun seakan sudah diterima sebagai sesuatu yang normal.

Dan seakan tahu calon penumpangnya yang super pengertian itu, banyak maskapai memilih diam-diam saja ketika terjadi penundaan. Bahkan terkadang, ketika jam boarding telah lewat pun, tidak ada informasi apapun. Jawaban hanya akan diberikan jika ada penumpang yang bertanya.

Jika penumpang airlines di Indonesia mungkin telah ribuan kali memaafkan maskapai penerbangan yang sering telat itu, maka sebaliknya, maskapai yang sama belum tentu semurah hati itu. Jika Anda terlambat tiba di bandara, bisa-bisa Anda ditolak untuk check in. Dan itu sama artinya gagal berangkat!

Untuk penerbangan domestik, semua calon penumpang memang diharapkan sudah check in paling lambat 90 menit sebelum keberangkatan. Dan konter check in sudah pasti akan ditutup 30 menit sebelum pesawat berangkat.

Ingat ditutup 30 menit sebelum pesawat berangkat! Jangan berpikir masih ada waktu untuk naik pesawat. Tiga puluh menit ini diperlukan pihak maskapai untuk mempersiapkan semua dokumen atau manifes penerbangan. Dan kesiapan dokumen hanya bisa disiapkan setelah konter check-in ditutup.

Jadi meskipun Anda telah berkali-kali memaafkan sang maskapai akibat berbagai penundaan, jangan pernah berharap sekali saja sang maskapai yang sama memaafkanmu kala Anda terlambat check-in di bandara.

Kembali ke pengalaman berangkat di Jumat pagi, 26 Agustus 2022 lalu. Setelah semuanya tertulis jelas sesuai jadwal. Baik di boarding pass maupun di layar monitor. Kenyataannya, masih saja terlambat sekitar 20-30 menit. Namun, ajaibnya semua berlangsung dalam diam. Airlines yang bersangkutan tidak mengumumkan apapun terkait keterlambatan itu. Dan penumpang pun sepertinya tidak gelisah sedikitpun. 

Atau jangan-jangan, kalau hanya 20-30 menit mundur dari jadwal sudah dianggap 'on time' alias tepat waktu. Hahaha.

***

Kelapa Gading, 29 Agustus 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan: Semua sumber foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun