"Terus kamu bawa dia ke Cappadocia? It's my dream, not hers! My dream, Mas." (Kinan dalam sinetron "Layangan Putus").
Nama Cappadocia belakangan ini kian melambung tinggi. Persis balon-balon udaranya yang fenomenal itu. Dan sekali lagi dunia film membuktikan kekuatannya mengangkat sebuah destinasi wisata. Yup, sinetron "Layangan Putus" yang tengah melejit lah yang ikut membuatnya viral.Â
Bahkan di tengah kepungan pandemi covid-19 yang masih melanda Turki, banyak wisatawan Indonesia tetap antusias ke destinasi wisata terkenal itu. Semuanya seakan mengatakan, "It's my dream too!". Cappadocia adalah impianku juga. Bukan hanya impian Kinan!
Alhasil, seakan merespons gelombang antusiasme yang kian meninggi ini, Negeri di antara dua benua itu pun dengan sigap menggelar karpet merah. Sejak 24 Desember 2021 lalu, Turki resmi memberlakukan bebas visa bagi wisatawan Indonesia.
Sebelumnya, Turki masih memberlakukan Electronic Visa bagi warga Indonesia yang hendak berwisata ke Turki. Warga Indonesia juga bisa mendapatkan Visa on Arrival (VOA) setiba di bandara Istanbul. Namun, tentu saja ada proses yang harus ditempuh dan lebih menyita waktu.
Cappadocia adalah suatu wilayah di Anatolia Tengah. Persisnya di sekitar propinsi Nevsehir saat ini. Dengan latar belakang sejarah yang menarik serta keunikan lanskapnya, Cappadocia pun mencuat sebagai salah satu destinasi wisata terkemuka di Turki. Tahun 2019 saja, Cappadocia mampu menyedot sekitar 3.8 juta turis.
Julukan itu tentunya bukan tanpa alasan. Selain bersejarah, Cappadocia memang menyimpan sederet lanskap yang menakjubkan. Lanskap dengan formasi bebatuan unik yang konon tercipta akibat letusan Gunung Erciyes jutaan tahun lalu.