Siapa bilang Monas tidak bisa tampil sekeren Menara Eiffel di Paris? Bahkan dibandingkan Washington Monument pun, Monas masih tidak kalah menawan. Menyambut HUT ke-76 Republik Indonesia ini, penulis pun ingin berbagi sekilas kisah tentangnya serta dilengkapi foto-foto yang yang dibidik dalam beberapa kali kunjungan. Siapa tahu Anda pun tertarik ikut memotret monumen kebanggaan kita ini. Ayo, ke Monas!
Jakarta yang paling terkenal. Monumen yang menjulang setinggi 137 meter ini berdiri persis di tengah Lapangan Merdeka yang di zaman Belanda disebut Koningsplein. Lapangan ini sendiri terletak di jantung kota Jakarta dan dikelilingi berbagai bangunan penting di ibu kota Jakarta.
Monumen Nasional atau yang populer disingkat Monas adalah ikon kotaSebagai sang ikon yang juga disebut sebagai 'landmark' ibu kota Jakarta, Monas memang harus tampil meyakinkan. Sama seperti Eiffel Tower bagi kota Paris, Opera House untuk Sydney atau Washington Monument buat Washington, DC -AS. Tidak hanya monumen itu sendiri yang harus dijaga, tetapi lingkungan di sekitarnya pun layak ditata.
Sejarah pembangunan Monas tidak terlepas dari peranan Soekarno, Presiden Pertama Indonesia. Setelah ibu kota Indonesia kembali ke Jakarta pada tahun 1950, Bung Karno mulai memikirkan untuk membangun sebuah monumen sebagai simbol perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Berbagai desain pun mulai dipertimbangkan. Konon Bung Karno ingin membangun sebuah monumen nasional yang bisa dibandingkan dengan Menara Eiffel di Paris. Namun, ada pula yang mengatakan Soekarno sebetulnya terinspirasi oleh bentuk Luxor Obelisk yang berdiri persis di tengah Place de la Concorde, alun-alun terkenal di pusat kota Paris.
Hal ini tentunya berkaitan dengan kesukaan Bung Karno menginap di Hotel de Crillon ketika berkunjung ke Paris di masa itu. Hotel de Crillon adalah sebuah hotel mewah dan bersejarah yang berdiri di depan Place de la Concorde. Dari kamar hotelnya, Bung Karno tentu bisa memandang ke arah tugu yang dibawa dari Luxor -Mesir itu.
Monas pun mulai dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961 dan akhirnya selesai pada tanggal 12 Juli 1975. Suatu proses konstruksi yang cukup lama, yakni 14 tahun. Menariknya, berbeda dengan Eiffel yang memiliki antena di puncaknya. Puncak Monas justru dihiasi lidah api yang terbuat dari perunggu. Dan hebatnya lidah api itu dilapisi lembaran emas seberat 35 kg. Wow!
Lidah api itu sendiri melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia. Pada titik inilah, Monas lebih menyerupai Monumen Washington daripada Eiffel. Setidaknya kedua monumen itu merupakan simbol sejarah. Monas simbol perjuangan bangsa Indonesia. Sedangkan Monumen Washington untuk menghormati perjuangan George Washington, Presiden Pertama AS.
Setelah hampir lima dekade berdiri, Monas tampil kian menawan. Apalagi ketika malam tiba. Cahaya lampu yang disorot ke tubuh monumen hingga ke puncaknya membuatnya tampil begitu cantik. Sungguh indah dan romantis!
Sejak itu pula Monas pun mulai menjadi salah satu spot menarik bagi pecinta fotografi di Jakarta. Berbagai komunitas fotografer pun makin sering mendatanginya. Bahkan Monas juga menarik banyak komunitas lainnya dari luar Jakarta untuk mengabadikannya. Dalam waktu singkat foto-foto Monas pun tersebar di berbagai jaringan sosmed.