Hampir delapan belas tahun telah berlalu sejak pesawat supersonik Concorde terakhir kali mengudara dari bandara JFK di New York menuju bandara Heathrow - London. Di hari Jumat itu, 24 Oktober 2003 lalu, sebuah era seakan telah berakhir selamanya. Namun, siapa sangka, pesawat supersonik dalam dunia penerbangan sipil kini siap kembali mengangkasa.
Seperti dilansir situs aviasi "Simple Flying" belum lama ini, setidaknya ada tiga pabrikan pesawat yang sedang mengembangkan pesawat supersonik dengan spesifikasi berbeda. Kesamaannya hanya satu, yakni kecepatan supersonik yang mampu melaju melebihi kecepatan suara.
Sejarah pesawat supersonik tidak terlepas dari kisah Concorde, pesawat komersial berkecepatan supersonik pertama yang sangat legendaris. Sejak peluncuran perdananya pada 21 Maret 1969 hingga penerbangan terakhirnya pada 24 Oktober 2003 itu, Concorde telah mewarnai dunia aviasi global dengan berbagai sensasi.
Pesawat seharga 23 juta pound itu (harga pasar tahun 1977) memiliki kecepatan fantastis. Bayangkan saja, London - New York yang berjarak lebih dari 5,500 km dilahap dalam durasi sekitar 3 jam! Bandingkan dengan waktu tempuh maskapai reguler yang memerlukan waktu rata-rata 7 jam.
Kecepatan Concorde ketika melayang di atas Lautan Atlantik bisa mencapai 2.04 mach atau dua kali kecepatan suara. Mach adalah pengukuran kecepatan berdasarkan kecepatan suara. 1 mach sama dengan 1,225 km. Super sekali, bukan?
Era Concorde memang telah berakhir. Akan tetapi, era pesawat supersonik di industri penerbangan sipil kini kembali lagi. Tidak tanggung-tanggung, bukan hanya satu, tetapi sekaligus ada tiga pabrikan pesawat di AS yang masing-masing sudah membidik pangsa pasar berbeda.
Salah satu calon penerus Concorde yang belum lama ini makin agresif mempersiapkan pesawat supersonik nya adalah pabrikan pesawat Aerion Supersonic yang berbasis di kota judi Reno, Nevada - AS.
Paling tidak sekitar $300 juta yang digelontorkan Aerion untuk membangun Aerian Park di Melbourne, tidak jauh dari Orlando Melbourne International Airport. Kompleks seluas 110 hektar ini dibangun bak kampus yang terintegrasi. Baik untuk riset, desain, produksi, hingga penyelesain pesawat.