Menariknya, kisah penggunaan maskot ini diawali ketika kampanye Presiden Andrew Jackson pada tahun 1828. Selama kampanye saat itu, Jackson dipanggil dengan julukan "Jackass"Â atau keledai jantan oleh lawan-lawan politiknya. Namun, kata yang sama bisa juga berarti "orang bodoh".
Olok-olokan politik ternyata sudah ada sejak lama. Bukan hanya di era terkini ketika Donald Trump pun begitu rajin meledek Joe Biden selama masa kampanye lalu. Akan tetapi, jika Biden kadang bereaksi dan membalas Trump, maka Jackson agak berbeda.
Andrew Jackson justru tidak menolak julukan yang seakan melecehkannya itu. Mantan Jenderal di AD Amerika Serikat itu malahan merasa geli sendiri. Dia pun kemudian menggunakan gambar keledai dalam poster-poster kampanyenya.
Selanjutnya, seperti tercatat dalam sejarah, Jackson berhasil mengalahkan presiden petahana John Quincy Adams dan menjadi Presiden ke-7 AS dan sekaligus presiden pertama dari Partai Demokrat.
Baca juga: "Joe Biden, dari Delaware ke Gedung Putih"
Lain Demokrat, lain lagi dengan Republik. Jika simbol Demokrat awalnya dari sebuah olok-olok politik, maka bagaimana dengan simbol Gajah milik Partai Republik?
Dari situs history.com, sebuah gambar gajah sudah digunakan sebagai simbol Partai Republik dalam sebuah kartun politik dan ilustrasi surat kabar selama Perang Sipil (1861-1865).
Saat itu sebuah frasa "seeing the elephant" kerap digunakan para tentara. Maknanya kurang lebih untuk mendapatkan pengalaman berharga yang sesungguhnya dalam hidup. Dalam konteks saat itu tentunya berarti mendapatkan pengalaman perang.
Kartun buatan Nast memang sangat menarik. Terlihat seekor keledai yang mengenakan kulit singa membuat semua penghuni kebun binatang terlihat ketakutan, tidak terkecuali seekor gajah yang dilabeli 'The Republican Vote'. Dan sejak itulah Partai Republik pun menggunakan gajah sebagai simbol partai.