Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Selalu Ada Natal di Basilika Santo Petrus, Vatikan

23 Desember 2020   08:23 Diperbarui: 23 Desember 2020   21:50 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Basilika dan Alun-alun Santo Petrus. Sumber: koleksi pribadi

Angin musim dingin bertiup kencang di Piazza San Pietro. Sesekali rasa dingin itu menyusup hingga ke balik jaket. Suhu dingin sepertinya terus menukik turun ke sekitar 5°C. Gerimis pagi yang sempat membasahi piazza (alun-alun) nan luas itu baru saja berlalu. Dan antrian panjang menuju basilika kembali memanjang.

Itulah sekilas suasana di seputar Piazza San Pietro dalam salah satu kunjungan penulis menjelang Natal. Namun, di hari-hari ini, selain cuaca dingin yang sama, mungkin tidak banyak antrian masuk ke basilika lagi. Badai covid-19 masih belum beranjak dari bumi Italia. Belum lagi, Italia pun masih menutup diri. Sebagian wilayahnya termasuk Roma, kini memberlakukan jam malam.

Misa Malam Natal yang rencananya akan diselenggarakan pun akan berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bapa Suci Paus Fransiskus kabarnya akan menghadiri Misa Malam Natal pada 24 desember 2020. Tetapi, misa kali ini hanya akan dihadiri umat secara terbatas dan dimulai lebih awal, yakni pada jam 19.30. Misa akan dilakukan lebih cepat mengingat adanya penerapan jam malam di Italia, mulai jam 22.00 sampai 05.00.

Basilika Santo Petrus (St. Peter's Basilica) telah lama menjadi destinasi utama di kota Roma. Meskipun berada di wilayah negara mini Vatikan, basilika ini sejak dulu telah menjadi bagian dari “Top Ten Attaction” di kota Roma. Maklum saja, negara Vatikan sendiri dikelilingi wilayah kota Roma, ibukota Italia.

Sejak kunjungan pertama ke Basilika ini belasan tahun lalu, hingga kunjungan terakhir di musim gugur setahun lalu, penulis tidak pernah berhenti mengagumi kebesaran Basilika Santo Petrus serta alun-alun di depannya. Sebuah basilika yang telah diakui sebagai terbesar di dunia, dengan panjang 220 meter dan lebar 150 meter. Dan sebuah piazza di depannya yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terindah di dunia.

Obelisk (tugu) dari Mesir Kuno di alun-alun Santo Petrus. Sumber: koleksi pribadi
Obelisk (tugu) dari Mesir Kuno di alun-alun Santo Petrus. Sumber: koleksi pribadi
Alun-alun dan basilika seakan sebuah buku sejarah yang terbentang dalam rentang waktu yang begitu panjang. Ada obelisk atau tugu yang konon telah berusia lebih dari 4,000 tahun dan dibawa Kaisar Caligula ke Roma pada tahun 37 dari Heliopolis (Mesir Kuno). Dan tentunya Basilika Santo Petrus yang berdiri di atas basilika tua yang dibangun sejak abad ke-4 di era Kaisar Konstantin.

Piazza San Pietro selalu tampil menawan. Alun-alun ini ibarat pameran kehebatan kreasi seorang Gian Lorenzo Bernini, salah seorang arsitek dan pematung bergaya baroq yang karya-karyanya menghiasi wajah kota Roma.

Patung-patung orang kudus di atas pilar-pilar buatan Bernini. Sumber: koleksi pribadi
Patung-patung orang kudus di atas pilar-pilar buatan Bernini. Sumber: koleksi pribadi
Pilar-pilar besar bergaya dorik buatan Bernini membentuk setengah lingkaran yang sempurna di alun-alun ini. Dan di atas pilar-pilar ini berderet patung-patung para orang kudus dan martir. Seluruhnya ada 284 pilar dan 140 patung! Sebuah gaya arsitektur yang memperkuat kesan agung piazza ini. Menakjubkan, bukan?

Alun-alun ini kian cantik dengan kehadiran dua air mancur yang seakan mengapit tugu setinggi 25.5 meter itu. Air mancur karya Carlo Maderno dibuat bersusun tiga, tampil begitul memesona. Begitu juga air mancur kedua buatan Bernini yang tidak kalah menarik. Air mancur artistik memang selalu menghiasi hampir semua alun-alun di kota Roma. Tidak terkecuali di Piazza San Pietro- Vatikan ini.

Air mancur karya Maderno di alun-alun. Sumber: koleksi pribadi
Air mancur karya Maderno di alun-alun. Sumber: koleksi pribadi
Sama seperti di berbagai istana dan museum terkenal di dunia, selalu ada pemeriksaan ketat layaknya di bandara. Semua barang bawaan pengunjung diperiksa dengan cermat. Selain itu, para petugas juga mengawasi dress-code pengunjung. Hasilnya, antrian panjang pun segera terlihat nyaris setiap hari.

Vatican City tidak mengijinkan pengunjung yang mengenakan celana pendek dan pakaian dengan bahu terbuka masuk ke dalam basilika. Peraturan itu merupakan cara untuk memperlihatkan rasa hormat pada kesucian Rumah Tuhan ini. Apalagi Basilika Santo Petrus memang bukan gereja biasa.

Inilah gereja pertama yang dibangun atas perintah Kaisar Kristen pertama Konstantin I pada tahun 326, di tempat Santo Petrus menjadi martir. Dan tidak kalah menariknya, perayaan Natal pertama pada setiap tanggal 25 desember diperkirakan telah berlangsung di sini sejak tahun 336 atau lebih dari 1,600 tahun lalu.

Antrian turis masuk ke Basilika. Sumber: koleksi pribadi
Antrian turis masuk ke Basilika. Sumber: koleksi pribadi
Begitulah, kisah Santo Petrus seketika teringat ketika langkah kaki mulai menapak anak tangga menuju pelataran utama di depan basilika. Santo Petrus atau Simon Petrus adalah salah satu murid yang paling dikasihi dan juga pernah menyangkali Yesus.

Alkisah, sesudah masa penyaliban Kristus, Petrus melakukan perjalanan panjang untuk menyebarkan Injil. Dari Yunani dia menyeberang ke Eropa sampai di Roma, di mana bersama-sama dengan Paulus, menjadi pendiri komunitas Kristen pertama di dunia, cikal-bakal gereja Kristen.

Akan tetapi, perjuangannya berakhir tragis. Petrus pun menjadi martir, ketika Romawi di bawah pemerintahan Kaisar Nero. Orang suci ini mati dengan cara yang sangat menyedihkan. Dia disalibkan dengan posisi terbalik di atas alun-alun yang sekarang menggunakan namanya.

Basilika dan Alun-alun Santo Petrus. Sumber: koleksi pribadi
Basilika dan Alun-alun Santo Petrus. Sumber: koleksi pribadi
Gereja pertama yang dibangun Kaisar Konstantin I hanya bertahan sekitar 1,300 tahun. Basilika lama itu seakan terlantar, khususnya di periode pengasingan Paus di Avignon, Prancis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun