Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Koper dan Sejuta Kisah di Baliknya

7 Juni 2020   18:00 Diperbarui: 8 Juni 2020   02:19 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi para 'frequent traveler', koper ibarat sahabat perjalanan nan setia. Tempat kita menyimpan dengan baik semua perlengkapan perjalanan dan ruang untuk mengisi berbagai barang belanjaan dan oleh-oleh sepenuh-penuhnya. Berat sang koper pun berbeda drastis, di saat baru berangkat dan pada saat pulang ke tanah air.

Sebagian koper yang beruntung malah telah mengumpulkan 'mileage' yang panjang sebagai bukti perjalanannya. Bukti itu bisa berupa potongan stiker barcode di koper, bekas label hotel, stiker nama kota, dan puluhan goresan hidup di badan koper ketika melewati satu conveyor belt ke conveyor belt yang lainnya, dari satu airlines ke airlines berikutnya.

Sayang sekali tidak semua perjalanan berjalan lancar dan berujung sukses. Kadang si koper bisa menghilang dari jangkauan, terselip di antara ribuan koper lainnya di bandara transit dan si koper pun tertinggal.

Begitulah romantika pengalaman dengan koper. Mulai dari sebelum berangkat dengan urusan packing. Lalu saat check in dengan berbagai aturan yang ditetapkan airlines, mana yang wajib disimpan di dalam bagasi (checked baggage) dan mana yang harus ditaruh dalam tas kabin (hand carry bag). Selanjutnya, setelah tiba di bandara tujuan, menunggu koper kita muncul di ujung conveyor belt. 

Dari semua alur proses di atas, yang tidak bisa kita ikutin secara langsung, seolah berharap nasib memihak kita, adalah perjalanan koper kita itu sendiri. Apakah koper itu sebagai 'checked baggage' yang dititipkan ke pihak airlines di saat check in, akan setia dalam penerbangan yang sama dengan kita hingga bandara tujuan, termasuk setelah transit, atau tidak.

Bersiap check in dgn bagasi. Sumber: dok.pribadi
Bersiap check in dgn bagasi. Sumber: dok.pribadi
Atmosfer di ruang menunggu bagasi, selalu ada ketegangan yang sunyi. Ketika satu demi satu koper keluar, mata kita tajam memandang setiap koper yang melintas. Kadang melelahkan... Apalagi ketika koper yang muncul di mulut conveyor belt semakin jarang, satu... satu.. dan celakanya koper kita belum juga muncul. Sejuta pikiran negatif pun melintas.

Itulah situasi yang sering kita alami ketika bepergian. Semoga saja koper kita selalu ada, meskipun itu koper paling terakhir. Jika tidak ada, maka ada prosedur laporan yang harus dilakukan, baik kepada perwakilan airlines yang bersangkutan atau langsung ke bagian 'Lost and Found'. Dan semua prosedur yang harus dilewati kerap cukup menyita waktu.

Sebagai seorang frequent traveler yang telah cukup lama bepergian ke mana-mana, baik untuk suatu penugasan kantor, maupun ketika bepergian sendiri, pengalaman dengan koper selalu mewarnai banyak perjalanan. Koper tertinggal di bandara transit, kemudian dijanjikan pihak airlines akan dikirim ke hotel; koper tertinggal dan belum terlacak ada dimana.

Kejadian yang lain lagi, koper salah dikirim ke kamar yang lain atau sama sekali tidak diantar oleh porter hotel. Setelah dicari, koper tsb masih ditemukan di ruang 'storage' hotel. Rupanya tidak ada satupun tanda pengenal di koper. 

Koper yang tertukar pun pernah, ketika dua rombongan tour check out hampir bersamaan dari sebuah hotel dan koper-koper dikumpulkan di lobby. Peserta tour yang tidak teliti, apalagi kopernya sangat umum tanpa ciri khas apapun, salah mengambil koper orang lain dari rombongan berbeda, sesaat sebelum naik ke bus. Pasalnya, koper itu sekilas begitu mirip.

Periksa bagasi dgn teliti. Sumber: dok.pribadi
Periksa bagasi dgn teliti. Sumber: dok.pribadi
Kisah koper tidak berhenti di situ. Ada juga yang baru tiba di bandara pertama, rodanya sudah jebol. Ada juga yang kunci kombinasi rusak, sehingga harus dibuka paksa (dicongkel), dan lain-lain. Belum lagi beberapa kasus, ketika ada koper yang sepertinya sengaja dirusak di suatu bandara ketibaan. Nama bandaranya sudah sering dibahas dimana-mana. :) Syukurlah, sekarang sudah jarang terdengar ada kasus baru.

Pada banyak kejadian, bilamana kita tidak menemukan koper kita setiba di bandara tujuan, maka biasanya koper itu tidak selalu hilang. Salah satu kemungkinan yang sering terjadi adalah koper tersebut tidak keburu dipindahkan pada saat transit atau kena off-loaded karena suatu alasan tertentu. Ini bisa terjadi ketika penerbangan kita melalui suatu bandara transit. 

Untuk memastikan atau setidaknya membantu si koper agar tidak mudah rusak, gampang dikenali, punya ciri-ciri khusus, dan lain-lain, maka berikut ini ada beberapa Tips ketika membeli koper, melakukan perjalanan dan saat koper kita hilang.

1) Jika hendak membeli koper, selain merk yang bagus, pastikan koper tersebut memiliki kualitas roda yang kuat. Di banyak bandara, stasiun, hotel, dan-lain-lain, sering kita harus menarik koper cukup jauh. Jarak stasiun ke hotel yang tanggung membuat kita cenderung memilih jalan kaki sambil menarik koper. Atau ketika ke kota-kota tanpa kendaraan, seperti Venezia, Zermatt, dll.

2) Pilih ukuran koper sesuai dengan kebiasaan kita bepergian. Jika sering melakukan perjalanan sendiri dan banyak menggunakan transportasi umum, maka belilah koper dengan ukuran sedang. Kabin di kereta malam umumnya sangat kecil, begitu juga tinggal di kamar-kamar hotel yang sempit seperti di Jepang. Dan bayangkan menarik koper besar masuk dalam subway yang berjubel penumpang.

3) Pilih warna yang mencolok (eye catching) agar mudah dikenal dan sulit tertukar. Selama ini, para traveler cenderung memilih warna klasik seperti hitam. Tapi traveler zaman sekarang berani tampil colorful - tidak hanya kostum, tapi juga kopernya.

4) Berikan nama kopermu dengan 'baggage tag' yang kuat dan tuliskan Nama yang jelas dan nomor handphone yang bisa dihubungi. Jangan tergantung pada baggage tag dari airlines saja. 

Hal ini akan membantu mempercepat proses pelacakan koper jika sempat tersesat. Ataupun jika tertinggal di bandara, stasiun, hotel, maka ada nomor yang bisa dihubungi oleh petugas yang menemukannya. Sebagian pelancong menambahkan syal atau pita yang diikat di kopernya sebagai penanda tambahan.

Baggage Tags. Sumber: dok. pribadi
Baggage Tags. Sumber: dok. pribadi
5) Tempelkan saja stiker dari berbagai kota atau stiker penanda lainnya, sehingga kopermu berbeda dan mudah terlihat dari jauh. Meskipun untuk point ini, ada traveler yang tidak suka kopernya bertanda, sehingga setelah pulang, kopernya bersih dari atribut apapun.

6) Jika akhirnya, suatu saat kopermu ketinggalan oleh pesawat, maka jangan panik, laporkan langsung ke bagian 'Lost & Found' yang biasanya berada di area yang sama di Arrival Hall. Laporan ke Lost and Found ini harus dilakukan saat itu juga ketika masih di bandara kedatangan.

7) Informasi yang dibutuhkan untuk laporan tersebut antara lain, data pribadi sesuai paspor, boarding pass, nomor baggage claim tag dan alamat (hotel/rumah) serta nomor telpon untuk dihubungi bila koper ditemukan dan dikirim.

8) Selain informasi pokok tadi, jelaskan juga ciri-ciri koper, seperti merek, warna, jenis atau ukuran koper dan ciri-ciri khas lainnya. Semakin lengkap semakin baik.

9) Selanjutnya, petugas di Lost and Found akan memberikan bukti laporan yaitu 'Property Irregularity Report' (PIR). Bukti salinan dan nomor dalam PIR harus disimpan sebagai bukti agar Anda memiliki bukti kuat ketika memproses biaya ganti rugi, baik ke airlines maupun perusahaan asuransi.

10) Nomor PIR adalah kode unik yang membantu pihak airlines melacak bagasi yang tertunda atau rusak dan Anda bisa gunakan nomor referensi ini ketika melacak status keberadaan bagasi.

11) Jangan lupa juga beli Asuransi Perjalanan. Bila koper tertinggal, rusak atau hilang, maka ada kompensasi yang diberikan, sesuai yang tercantum dalam polis yang dibeli. Oh yaa, jika ada asuransi perjalanan, maka ketika terima koper dalam keadaan rusak, maka harus segera difoto saat itu juga.

Ada baiknya juga sebelum check in, kita memotret koper tersebut dan menyimpannya dalam gadget. Sepotong gambar bisa jauh mempermudah pihak 'Lost and Found' membuat deskripsi dan melacak keberadaan koper yang tertinggal tersebut.

Ah, semoga saja, koperku tidak pernah meninggalkanku kemanapun daku pergi...

Kelapa Gading, 07 Juni 2020
Oleh: Tonny Syiariel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun