Setiap era mempunyai jagoan sendiri. Ada era ketika pemutar piringan hitam begitu mendominasi, yang kini tinggal para kolektor yang masih mencarinya. Era Betamax dengan video VHS yang membuat penonton bisa betah berjam-jam untuk menonton berbagai film serial. Lalu, berlanjut ke era tape recorder, vcd player, dvd, hingga ipod, dan seterusnya.
Di antara era lintas generasi itu, terselip suatu masa ketika kita dikenalkan dengan sebuah pemutar kaset portable yang disebut Walkman. Saat itu, benda nan canggih keluaran Sony Jepang itu begitu digandrungi dan bahkan dianggap ikut menaikkan status sosial si pemiliknya. Trendy, keren, dan lain-lain. Atau kata anak-anak sekarang, "Mantul!"Â
Sejatinya, Walkman diakui sebagai sebuah penemuan yang sangat revolusioner di era 80- 90an, sebelum hadirnya iPod di awal tahun 2000-an. Dampak penemuan ini tidak saja di bidang teknologi saat itu, tapi merasuk ke area budaya. Kata 'Walkman' pun menembus daftar kata di kamus Oxford English Dictionary tahun 1986.
Sebagai pemutar kaset portabel yang dilahirkan Sony tahun 1979, Walkman memang menawarkan suatu kemudahan mendengarkan musik sambil tetap bisa beraktivitas. Tidak itu saja, pengguna Walkman bisa menikmati musik kesukaannya tanpa harus mengganggu privacy orang-orang di sekitarnya. Sebuah trend pun lahir. Walkman terselip cantik di pinggang pengguna dan earphone mungil terpasang di telinga.
Popularitas benda yang hanya pas menelan sebuah kaset itu terlihat di tempat-tempat gaul anak-anak muda di berbagai kota dan negara saat itu. Dari tempat nongkrong di kawasan Blok M Kebayoran Baru, hingga JJS (Jalan-jalan sore) di sekitar Senayan Jakarta.Â
Pemandangan yang sama terlihat di berbagai sentra-sentra gaya hidup saat itu di berbagai kota besar lainnya di Indonesia maupun di luar negeri. Anak-anak muda menggunakan Walkman dengan earphone sambil tetap beraktivitas, dari sekedar jalan santai hingga bersepeda. Konon, kehadiran Walkman ini membuat earphone atau headphone pertamakalinya bisa digunakan sambil beraktivitas. Sungguh keren!
Tentu saja dibandingkan pemutar portabel saat ini, Walkman mempunyai kelemahan. Pasalnya, Walkman hanya bisa memutar pita kaset, yang isi satu sisi (side A, misalnya) hanya sekitar 10 lagu. Tapi setiap era memang berbeda, tidak untuk dibandingkan. Sama juga di industri elektronik lainnya, seperti handphone yang begitu cepat berubah. Begitu juga era Walkman. Ipod kinipun sudah tidak diproduksi sejak tahun lalu, kecuali ipod touch.
Berapa harganya saat itu? Sejujurnya saya sudah tidak ingat lagi. Walkman dalam foto terlampir adalah satu dari dua Walkman yang masih tersimpan sebagai kenangan. Mungkinkah ada sahabat yg tahu? Yang pasti, model Walkman di foto ini adalah generasi ke sekian. Walkman pertamaku, yang entah terselip dimana, ukurannya sedikit lebih besar dari yang ini.
Walkman dan berbagai barang elektronik lainnya kini hanya benda-benda koleksi. Meskipun jika kita masih menemukan produk Walkman dengan versi berbeda di berbagai toko daring, tapi eranya kini telah lewat.
Walkman, Cassette, Radio Transistor, dan lain-lain telah melewati siklus hidupnya. Kini eranya gadget modern yang menggabungkan berbagai fungsi, dari telephone, music player hingga camera. Kita tidak lagi memutar kaset untuk mendengarkan sebuah lagu, tapi hanya cukup mengunduh berbagai aplikasi music seperti Spotify untuk mendengarkan berbagai lagu favorit kita.