Banyak cara dan tempat untuk shopping. Salah satu opsi yaitu ke bazaar (bazar). Di Indonesia, kata bazar sering identik dengan 'charity sale' yaitu aktivitas pasar untuk pengumpulan dana amal. Meskipun kini, kita temukan juga bazar ala shopping mall di kota-kota besar, yakni program promo belanja dengan diskon besar.
Sementara di sebagian negara di barat daya Asia dan Afrika utara, lebih merupakan 'street market' alias pasar kaki lima. Tapi kalau di Istanbul- Turki, kata 'bazaar' langsung mengarah ke dua pasar aneka rupa barang dengan lorong-lorong bak labirin, yakni Grand Bazaar dan Spice Bazaar.
Grand Bazaar, atau Kapali Carsi, adalah bazar yang paling terkenal di Turki, bahkan di seluruh dunia. Buku "501 Must-Visit Destination" terbitan Bounty Books-London, pun tidak ketinggalan mencantumkan Grand Bazaar sebagai salah satu destinasi yang sangat laik-kunjung di Istanbul- Turki.
Dalam situasi normal (tanpa covid-19), salah satu bazar tertua di dunia ini rata-rata menarik lebih dari 250 ribuan pengunjung setiap hari. Para pelancong dunia pun tidak ragu menyebutnya sebagai salah satu dari  pusat berbelanja pertama di dunia.
Dengan luas 30,700 meter persegi, 4,000-an toko, 25 ribu pedagang, 64 jalan (lorong) dan dikelilingi tembok dengan 18 pintu masuk, maka Grand Bazaar bisa dikatakan sebagai 'covered bazaar' (tertutup oleh atap melengkung seperti kubah) terbesar di dunia.Â
Dengan luas seperti itu dan jalan-jalan bak labirin dalam bazar ini, maka berbelanja di bazar ini seperti suatu petualangan saja. Supaya petualangan Anda tidak berjudul "Lost in Grand Bazzar", maka adalah sangat penting untuk mengingat persis tempat Anda masuk sebagai 'meeting point'. Jika tidak, maka bisa dipastikan Anda akan keluar di pintu yang salah.
Sejarah Grand Bazaar bisa dikatakan sama menariknya dengan sejarah kota Istanbul sendiri. Pada era kekuasaan Ottoman, bazar ini adalah pusat perdagangan emas dan perhiasan yang sangat penting.Â
Selanjutnya, secara bertahap terus diperluas hingga seperti sekarang ini. Adalah Sultan Mehmed, Sang Penakluk Konstantinopel, yang mulai membangun Grand Bazaar pada thn 1455/56 untuk memfasilitasi para pedagang dengan suatu tempat berdagang yang lebih layak.
Bazar itu kemudian diperluas pada era Suleyman I dan akhirnya dibangun sesuai kondisi sekarang pada 1701. Dalam perjalanannya, bazar ini juga sudah pernah mengalami berbagai masalah, mulai dari kebakaran sampai lima kali dan gempa bumi (1894), tetapi kemudian dibangun kembali persis seperti desain awal bazar ini.
Sama seperti 'medina' (bagian tertua sebuah kota yang biasanya juga semacam 'market place') kuno lainnya di Timur Tengah dan Afrika, Grand Bazaar dibagi dalam beberapa zona yang menjual barang-barang spesifik, misalnya zona barang-barang antik, zona kulit, perhiasan, rempah-rempah, karpet, dan-lain-lain.Â