Sudah ngopikah pagi ini? Bagi saya dan sejuta pecinta kopi lainnya, "there's no morning without coffee". Tentu saja, bagi sahabat-sahabatku yang sedang menjalani ibadah puasa saat ini, jadwal ngopi menjadi lebih pagi.
Sabtu pagi ini, saya seakan kehilangan sesuatu. Komitmen untuk #tetapdirumah membuatku tidak kemana-mana. Padahal di setiap wiken, pagi-pagi saya biasanya sudah meluncur pergi ngopi ke salah satu tempat minum kopi kesukaanku.
Di sekitar Kelapa Gading tentu saja ke Kopi Johny (Kwang Koan). Sesekali mampir juga ngopi di warkop ala Medan, Hua Cheng Fuk, yang berada dekat pasar Muara Karang atau ke arah Jakarta Selatan, sekitar Senopati dan Pasar Santa. Masing-masing lokasi menyajikan sensasi ngopi dengan atmosfer yg berbeda.
Bagaimana denganmu? Suka ngopi jugakah?
Minuman kopi memang sudah sangat populer. Bahkan bagi banyak orang, ngopi atau minum kopi sudah jadi aktivitas nomor satu di pagi hari. Entah sihir apa yang dimilikinya, jutaan manusia sejagad, dari kaum urban berdasi sampai masyarakat pedesaan, semuanya begitu suka mengisi setiap jeda waktu dgn secangkir kopi.
Indonesia sendiri bisa dikatakan sebagai bangsa peminum kopi. Tradisi minum kopi di sini telah berlangsung ratusan tahun. Dari sebuah catatan, sejarah kopi Indonesia dimulai ketika Belanda pertama kali membawanya ke Jawa pada tahun 1696. Kopi itu konon dibawa dari Malabar, India. Begitulah, perkebunan kopi kemudian meluas dari Jawa, Sulawesi, Timor, Bali, hingga Sumatera. Sementara sejarah juga mencatat bahwa kopi itu sendiri pertama kali ditemukan bangsa Etiopia sekitar 3000 tahun lalu.
Di Jakarta kita akan menemukan ribuan warung kopi, dari kelas ruko hingga di mall papan atas. Dari warkop kaki lima hingga kafe di hotel bintang 5. Jakarta memang destinasi ngopi tiada duanya!
Ah, tiba-tiba kangen singgah lagi di Kopi Oey, di jalan Sabang, Jakarta. Kalau bukan pesan Kopi Aceh Gayo, pasti saya suka sekali menikmati jatuhnya tetesan kopi Indochine (kopi Vietnam) di gelasku. Biasanya disebut Kopi Vietnam Drip, yaitu suatu metode dengan alat seduh yang menghasilkan minuman dengan cara ekstraksi lewat tetesan. Jelasinnya lebih rumit dari menikmatinya yaa. :)
Sekali lagi, saya suka ngopi dan atmosfer di warung kopi. Kebiasaan ngopi ini bahkan berlanjut jika sedang bepergian ke luar kota atau ke luar negeri. Dari Manado, Makassar, Manggar, Medan sampai Banda Aceh.
Kalau ke Manado, pasti singgah ke Kedai Kopi Tikala, yang dikenal sebagai kedai kopi tertua di kota itu. Tikala konon telah berdiri sejak 1930an. Di Makassar ada warkop kategori legenda, yakni Phoenam, yang juga sering saya kunjungi ketika ke kota Angin Mamiri ini. Pernah juga nikmati seruput kopi di warung pinggir jalan di kota Manggar - Belitung, yang sebagian orang menyebutnya Kota Seribu Warung Kopi. Bagus juga bikin tagline begitu. Meskipun demikian, atmosfer ngopi di Banda Acehlah yang paling wow!
Eh, tapi betul juga... kadang ngopi itu lebih untuk 'to see and to be seen' seperti ketika suatu waktu pas lagi di Avenue des Champs Elysees- Paris, saya diajak seorang teman ngopi di Fouquet's Paris. Lokasinya yang persis seberang LV menjadikannya pilihan ideal untuk ngopi sembari menikmati orang lalu-lalang. Sebagian pengunjung ke cafe terkenal ini bahkan lebih fokus untuk foto-foto dan mungkin update status sosmed daripada minum kopinya.