Ada Kota Baru, ada Kota Tua! Jika kawasan kota baru lebih disesaki berbagai gedung perkantoran, apartemen, hotel, shopping mall dan bangunan yang serba modern, maka sebaliknya, wilayah kota tua selalu jadi andalan sebagai destinasi wisata. Di kawasan yang semua bangunan tuanya dilestarikan ini biasanya dipenuhin restoran, kafe, toko suvenir, museum, dan lain-lain.
Kesadaran soal pelestarian warisan budaya sesungguhnya telah berlangsung lama, setidaknya di banyak negara di Eropa. Dan ketika Konvensi tentang Konservasi Warisan Alam dan Budaya diadopsi Sidang Umum UNESCO pada 16 November 1972, maka pelestarian segala warisan budaya dunia pun menemukan momentumnya.Â
Kota-kota tua di berbagai belahan dunia pun tidak ketinggalan mulai berbenah untuk meraih status bergengsi sebagai salah satu UNESCO World Heritage Site. Ada yang berhasil, tidak sedikit yang gagal.
Di Indonesia, kita memiliki beberapa kawasan kota tua yang layak dilestarikan dan tentunya harus dikemas dengan lebih baik agar berkembang menjadi destinasi wisata unggulan.
Semarang memiliki kawasan Kota Lama dengan pesona Gereja Blenduk, Gedung Marba, Gedung kantor Pos, Stasiun Kereta Tawang dan bangunan tua peninggalan era kolonialisme lainnya. Dari kesemuanya, Gereja Blenduk, yang nama resminya adalah Gereja Kristen Immanuel, bisa dibilang adalah primadonanya.Â
Dibangun tahun 1753 dengan bentuk oktagonal, inilah gereja kedua tertua di Jawa, setelah Gereja Sion Jakarta (Gereja Portugis) di Jakarta (1695). Kawasan Kota Lama yang dulu disebut Outstadt, kini selalu masuk dalam itinerary wisatawan yang berkunjung ke kota Semarang.
Dan di Jakarta, dari Gubernur ke Gubernur, kawasan Kota Tua, yang terbentang dari kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa hingga sekitaran stasiun Kota, masih terus direvitalisasi.
Pecinta sejarah dan arsitektur pasti menikmati banyak bangunan bersejarah dari abad ke 17 - 19 di sini. Sebut saja, Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), Museum Wayang, Jembatan Kota Intan, Gereja Sion, dll. Tulisan ini seakan mengajakku segera kembali ke sini. Mau ikut?
Saya selalu terpesona dengan kawasan kota tua (Old Town) yang sering juga dilabeli 'Historical Centre' di beberapa negara Asia dan khususnya Eropa. Jalan-jalan kecil nan berliku serta deretan bangunan tua yang terawat dengan sempurna, selalu sukses membuatku terpana. Di jalanan tua yang sebagian terbuat dari cobbled-stone itu, langkah kaki sengaja melambat. Seakan takut atmosfer masa lalu yang romantis itu cepat terlewat.
Jika pernah ke Macau, mana mungkin melupakan area kota tuanya. Dari alun-alun cantik Largo do Senado hingga Ruins of St. Paul's banyak bercerita tentang sejarah wilayah yang pernah dijajah Portugis ini hingga diserahkan ke China kembali pada 20 desember 1999. Bangunan tua berbalut arsitektur Portugis begitu kontras dengan wilayah Macau lainnya, the Cotai Strip, yang dipenuhin hotel-hotel casino besar nan mewah.
China juga menjual ketuaan kotanya seperti di Lijiang (Old Town of Lijiang) di provinsi Yunnan dan Fenghuang Ancient Town di provinsi Hunan.