Seperti sudah saya duga maka debat seri kedua tadi malam adalah babak dimana dua paslon akan mencoba membabat atau menyerang paslon nomor dua. Dan disatu pihak paslon 2 yang petahana akan mencoba bertahan semampu mungkin dari serangan dari segala sudut yang bisa diterobos. Berbagai trik juga akan dilakukan termasuk saling mengumpan antara paslon 1 dan paslon 3 untuk memborbardir paslon 2 tanpa adanya kesempatan paslon 2 untuk menjawab karena tidak adanya peluang untuk itu.
Materi yang diperdebatkan dalam debat kedua tadi malam intinya adalah tentang utilitas atau fasilitas umum dan pelayanan umum. Karena materinya terutama berhubungan dengan pembangunan fisik maka adalah sangat wajar jika yang dibahas sesuatu yang sudah eksisting yang notabene yang sudah ada di Jakarta pada masa kerja petahana ataupun yang sudah ada pada masa jabatan Gubernur DKI yang periode sebelumnya lagi.Â
Sangatlah mudah melihat apa yang sudah benar dan salah dari bentuk fisik dan fungsi utilitas yang ada dan membandingkanya dengan data yang ada dalam perencanaan dan laporan kerja. Tinggal mencari mana yang salah dan masih bisa diperbaiki atau dirubah untuk kemudian dijadikan program kerja paslon lain untuk mengatakan bahwa mereka beda dan lebih baik daripada petahana.
Pada debat tadi malam terutama sesi kedua penulis melihat bahwa arah debat pertama lebih baik pada debat kedua terutama pada sesi awal dimana setiap paslon bertanya kepada salah satu paslon saja bukan kedua duanya sekaligus seperti tadi malam menjadikan pertanyaan kurang fokus mendapat perhatian akan jawabannya.Â
Dan sepertinya debat tadi malam berjalan datar saja karena kurang ada kejutan yang berarti. Yang ada hanya kejadian lucu dimana mpok silvy sangkin panjangnya uraian hingga lupa bertanya, jadi ingat waktu awal kuliahan kalau kala diskusi tapi pas giliran bertanya banyak ngomong tapi pas sesi akhir ditanya moderator pertanyaannya apa? baru dech kita bingung dan asal asalan bertanya dan akhirnya pertanyaan yang keluar hanya benar atau tidak? Dan jawaban singkat yang kita terima hanya benar atau salah saja.
Yang menarik lainnya adalah saling umpan diantara paslon 1 dan paslon 3 untuk menyerang paslon 2 yang dimulai dengan pertanyaan dari Sandiaga untuk Mpok Silvy tentang Kinerja Ahok di DKI dari sudut pandang beliau. Pada sesi berikutnya dari paslon 1 yang memberi umpan ke paslon 3 untuk memborbardir paslon 2, akan tetapi pertanyaannya kurang jelas hingga akhirnya umpan tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh Anis menjadi gol .Pada bagian lain yang saling serang antara Ahok dan Anis tentang peringkat DKI dan Mendikbud.
Mengenai gagasan paslon 1 yang akan meremajakan perubahan dibantaran sungai disamping tidak sesuai UU peruntukannya adalah lucu jika hanya mengeser saja. Pernah lihat seseorang yang akan meremajakan rumah lama yang telah ditinggalinya bertahun tahun, jika akan diremajakan lebih dari 50% atau dibangun ulang kembali maka untuk sementara mereka akan pindah rumah atau mengontrak di rumah yang berdekatan, bayangkan jika yang diremajakan 360 hektar yang lahannya belum juga jelas dimana juga.
Secara keseluruhan Ahok berhasil bertahan dari serangan yang ada karena dia sudah mempersiapkan pertahanannnya dengan baik, dan memang dari sudut utilitas sudah on the track walau belum sempurna, tetapi tetap ada satu yang tersisa di benak penulis tentang masalah diskresi untuk dana koefisien bangunan harus dicarikan solusi jangan hanya berpatokan pada niat baik saja, bagaimana kalau yang terjadi niat tidak baik.
Setelah debat tersebut Ahok dan Jarot serta pendukungnya berkumpul kembali dan setelah lewat tenngah malam Ahok yang sudah lelah dan tidak kuat lagi maka di KO dan tertidur pulas dan puas.
Salam kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H